Pahlawan Perang Dunia [Episode 15]
Author : Ihsan Iskandar
Di dalam suasana yang canggung itu, barisan panjang yang
tadinya berisik itu tiba-tiba diam karena perkataan Jack. Semua perhatian yang
tertuju kepada kami membuat sebuah tekanan sendiri. Aku tidak mengira bahwa
Jack akan melakukan itu, aku telah memberi nasihat yang salah. Tapi karena nasi
telah menjadi bubur, aku hanya bisa bertingkah seolah tidak terjadi apa-apa.
Setelah beberapa detik. Yuna menjawab Jack yang sedang
tertunduk malu dengan wajah merah sampai ke kupingnya.
“ahh… hmm… maaf, tapi kamu siapa ya?”
“ap-!?”
Jawaban tidak terduga yang meluluh lantahkan emosi dan
perasaan Jack, menghancurkan dirinya dari dalam. Aku bahkan seperti mendengar
sesuatu yang pecah dari dalam diri Jack, tapi itu pasti hanya perasaanku.
“ta..ta…tapi kenapa kau melambaikan tanganmu kepadaku?”
“mmm… ya itu karena aku melambaikan tangan kepada Jusuf.”
Setelah Yuna berkata itu sambil menunjukku. Jack langsung
melihatku dengan tatapan marah dan seperti berteriak kepadaku ‘JELASKAN!’
dengan tatapan marah. Tapi untuk mengalihkan tatapan semua orang aku harus
melakukan sesuatu terlebih dahulu.
“wahhh… kau masih masih menghapal tulisan romansa terkenal
itu ya? Hal itu tidak akan masuk ke ujian nanti bodoh hahaha”
Aku mengucapkan hal tersebut dengan keras, orang-orang mulai
tertawa dan kembali kepada urusan mereka masing-masing. Setelah satu urusan
selesai tinggal satu hal lagi, yaitu kesalahpahaman Jack. Aku menjeslaskan
kepada Jack bagaimana aku bertemu dengan Yuna. Aku berhasil menenangkannya
dengan berjanji mentraktirnya makan nanti setelah pendaftaran usai.
Ketika akhirnya tiba untukku dan Jack, kami memperlihatkan
Kartu tanda pengenal kami dan mendatangani perjanjian tersebut. dan diberi
tiket untuk melakukan ujian.
Ujian masuk akademi militer Roxalia sangat lah susah,
apalagi tiap tahunnya akademi terkenal tersebut selalu dibanjiri para pendaftar
yang lebih banyak dari kuotanya. Walaupun di kota Roxanda juga ada akaemi
milliter juga, tetapi kepopuleran akademi militer ibukota Roxalia jauh lebih
tinggi. Setelah pendaftaran selesai, kami seluruh pendaftar segera memasuki
lapangan besar di dalam kawasan akademi militer Ibukota Roxalia tersebut.
Memang wajar, dengan luas dan bangunan yang begitu besar.
Akademi ini begitu diminati selain dari infrastruktur dan para lulusannya yang
sukses. Setelah beberapa menit menunggu di dalam lapangan tersebut dan
dibariskan secara rapi. Aku, Jack dan Yuna berada pada barisan yang sama.
Seorang lelaki tua berpakaian militer dan bermedali banyak didanya menaiki
podium besar. Semua orang pasti tau saat pertama kali melihatnya. Dia adalah
panglima perang Negara Republik Roxalia, Gilbert Rash. Atau salah satu yang
dijuluki “Bung Gilbert” dan juga seorang pahlawan.
Aku membaca banyak sejarah mengenainya, dia bersama Pak Tua
Korna adalah teman dekat dan selalu berjuang berdampingan dalam masa kegelapan
dahulu. Ketika dia berpidato, dan menjelaskan bahwa jalan militer sangat susah
untuk dijalani, namun hal tersebut akan setimpal akan apa yang akan kita dapat,
dan dalam salam akhirnya aku seperti merasakan Bung Gilbert melihat kearahku,
tapi mungkin itu hanya perasaanku. Setelah tepuk tangan meriah dan pidato
diganti oleh kepala Sekolah Akademi Militer Ibukota Roxalia atau disingkat
“AMIR”. Yaitu Reno Troth.
Ada tiga tahap dalam penilaian masuk ke AMIR, yaitu pertama
Ujian Tulis, Ujian Fisik, dan pertarungan satu lawan satu. Dan kepada pelajar
10 dengan nilai tertinggi akan mendapat beasiswa. Beasiswa inilah yang aku dan
Jack incar, dank arena latar belakang yang hanyalah pemuda desa.
Setelah pengarahan dan informasi tersebut, ujian Tulis akan
dilakukan 2 hari lagi disusul esok hari ujian fisik dan Pertarung satu lawan
satu dengan sistem eliminasi. Ketika semua barisan bubar. Seperti janjiku, aku
harus mentraktir Jack, dan ternyata Yuna juga ingin ikut bersama kami karena
dia juga menjadi korban atas peristiwa itu seperti yang dikatakan Jack,
sepertinya tidak ada pilihan lain. Aku mentraktir mereka berdua, ketika aku
melihat dompetku, aku sepertinya harus mencari perkerjaan terlebih dahulu
nanti.
Dalam jalan pulang ke hotel. Aku merasa seperti dibuntuti
oleh seseorang, mengetahui hal itu, aku memberitahu kepada Jack untk berpisah
dan memberitahukan beberapa rencana.
“ahhh Jusuf, aku akan pulang duluan karena ada sesuatu yang
ingin kulakan. “
“Baiklah”
Jack langsung lari meninggalkan ku. Setelah beberapa menit,
aku sengaja berjalan melewati gang sempit. Dan seperti dugaanku, aku dihadang
oleh 5 orang laki-laki berbadan kekar dan 1 pemuda yang kemarin sudah melakukan
pelecehan terhadap Yuna.
“Hei Bocah, kau tidak bisa lari kemana-mana lagi. Sekarang
kau akan merasakan balasanku atas tempo hari”
“ahhh… ternyata orang cabul, jika ada perlu bisa kau
percepat?” Aku menjawab pemuda cabul itu dengan tatapan tidak pedulia
“Wahaha, apakah kau tidak tahu bahwa dirimu terancam?”
Keempat preman yang menghadangku mulai mengambil sejatanya
yang terdiri dari Balok, Pisau dan lainnya.
“oohh… apakah kau takut? Kau tidak berani melawan aku yang
sendiri ini?”
Keempat preman itu tertawa mendengar perkataanku, Pemuda
Cabul itu menggeramkan giginya dan mulai menyerangku membabi buta.
Ketika dia sampai pada jarak pukul, aku melihat sesuatu di
belakang lorong gang. Melihat itu aku menerima pukulan ke pipi kananku hingga
aku terhempas ke kiri.
“HAHAHA. Ternyata kau tak setangguh perkataanmu, baiklah
teman-teman biarkan aku sendiri yang menikmati ini”
Aku yang terjatuh mulai diangkat dan pergeranku dikunci oleh
2 preman itu, aku menjadi bulan-bulanan pukulan pemuda cabul itu. Bercak-bercak
darah mulai berjatuhan ke lantai , dan aku mulai tidak sadarkan diri.
“hei, apakah kau sudah selesai?”
Pemuda tersebut bertanya sambil menyeringai
“emangnya kau akan berhenti”
Aku membalas perkataanya sambil menyeringai juga
“SIALANNN! Ughh ap-” Tepat sebelum pukulan darinya, dari
belakang pertugas berpakaian militer menahan pukulan itu.
“Cukup sampai disana, dan kalian semua kutangkap”
Lelaki berpakaian militer dengan memiliki rambut perak itu
disusul 4 prajurit militer lain membuat terkejut keempat preman yang ada
disana, tidak terkecuali pemuda cabul itu. Terdapat 1 preman yang berusaha
lari, namun lelaki berambut perak itu menembak kakinya. Alhasil, mereka semua
ditangkap.
Aku yang sudah dalam keadaan babak belur, terduduk lemas di
gang itu.
“Hei, apakah kau baik-baik saja”
“Ya, hanya sedikit goresan kecil”
Aku menjawab perkataannya seakan sok tegar, padahal untuk
berdiri saja aku tidak bisa, setelah itu datang Jack yang tergesa menghapiriku
sambil mengatakan “kau memang bodoh”. aku hanya tertawa mendengarnya dan Jack
membopongku menuju ke Hotel dan aku merawat luka-lukaku sendiri.
Sesampai di kamar hotel yang memiliki 2 ranjang itu, Jack
bertanya kepadaku.
“Hei, kenapa kau tidak melawan mereka atau lari dari
mereka?”
“itu hanya akan membuat mereka mengejarku tanpa henti.
Hahaha –Aww” aku menjawabnya sambil tertawa.
“Kau memang aneh Suf”
“Ya begitulah” setelah pembicaraan itu, aku duduk di ruang
tamu hotel yang memiliki restoran mini dan ruang makan itu karena hanya itu
tempat yang terang untuk membaca buku, aku dudk disana sendirian sambil
melakukan kebiasaanku.
Ketika sedang asyik membaca buku, pipi kananku di sentuh
oleh tangan seseorang.
“Hei pemuda, apakah kau tidak apa-apa?”
“oh… halo nyonya Claire, maaf mengganggumu di malam hari
seperti ini”
Ketika aku menoleh, aku melihat Nyonya Claire Savrah
menegurku. Nynonya Claire adalah pemilik hotel murah ini dengan memiliki nama
sama seperti nama keluarganya “Hotel Savrah”.
“Hei hei… bukannya sudah kubilang untuk memanggilku kakak
bukan nyonya?”
“hahaha kau terlihat lebih elegan untuk dipanggil nyonya
bagiku”
“ehhh… hmm… baiklah, sepertinya kau pandai juga untuk merayu
ya”
Nyoya Claire mendekatkan dirinya kepadaku, karena belum
terbiasa dengan wanita, aku merasa rishi dan mulai bergerak salting dan menjatuhkan
buku ku.
“hahaha kau begitu lucu Jusuf. Hmmm? Apakah kau membaca buku
ini suf?”
Nyonya Claire yang sudah berhenti menggodaku kini beralih
bertanya kepadaku.
“ya itu adalah bukuku”
“ohh.. wow, ini adalah bacaan yang berat. Kalo begitu bolehka
aku bertanya sesuatu padamu?”
Dalam keadaan restoran sepi, kami berdua tampat seperti
sepasang kekasih yang sedang berpacaran.. namun, aku langsung melupakan hal itu
dan mempersilahkan Nyonya Claire untuk bertanya.
“apakah menurutmu tabiat atau fitrah seorang manusia?”
“jika menurut Hans seorang pakar politik, ‘manusia itu
adalah makhluk yang sangat jahat’ hal itu dikarenakan perang yang selalu
terjadi. bahkan seorang filosofi tua menjelaskan manusia adalah “homo homini lupus” atau manusia adalah
serigala bagi manusia lainnya.”
Nyonya Claire mendengarkaknku sambil menganggukkan
kepalanya.
“dan bahkan terciptanya sebuah Negara dikarenakan manusia
yang jahat itu ingin mendapat perlindungan atau kemanan dari pihak lain. Tapi
daripada disebut mengamankan, Negara lebih kepada sebuah senjata yang dapat
melindungi dan bahkan mengancam”
“dan Jusuf, apa yang kau maksud ‘Negara dapat mengancam’?”
Aku dapat melihat Nyonya Claire melihatku semakin dalam.
“ini hanyalah pendapatku, namun jika satu Negara memiliki
kekuatan militer yang lebih besar dari Negara lainnya, maka Negara tersebut
akan melakukan invasi kepada Negara yang lebih kecil. Dan hal ini bertujuan
untuk memperkuat Negaranya sendiri. begini saja nyonya Claire, kau memiliki
pesaing hotel yang berada dekat denganmu, ketika persaingan semakin ketat dan
kau kalah dank au memiliki kekuatan untuk menghancurkan pesaingmu, apa yang kau
lakukan?”
“Sudah pasti aku akan mengahancurkannya”
“ya benar sekali, Negara tidak lebih dan tidak lebih
bergerak seperti bagaimana manusia itu sendiri”
Nyonya Claire yang mendengar penjelasan asumsiku menjadi
terdiam dan mulai memikirkan sesuatu.
“Baiklah Terima kasih atas waktumu Jusuf, karena waku sudah
malam kau harus istirahat, bocah seperti harus istirahat sekarang”
Nyonya Claire bangun dan menyentil dahiku, aku menganggukkan
kepala dan pergi ke kamarku. Sedangkan Nyonya Claire masih duduk ditempat itu
ketika aku beranjak ke kamarku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar