Pahlawan Perang Dunia
Author : Ihsan Iskandar
First POV
“Yuuhuuuu!!!!! Akhirnya aku dapat keluar dari desa sialan
yang mengurungku kecil dan akhirnyaaaa
dapat melihat dunia luar!”
“Diamlah Jack, kau mengganggu aku membaca”
Pemuda yang teriak disebelahku adalah temanku yang merupakan
warga asli desa Roxanda. Pertemanan yang sudah terjalin selama 8 tahun ketika
aku berllatih bersama pak tua Korna. Dulu aku mengenal dia setelah dia hanyut
disungai ditempat aku dan pak tua Korna sering memancing, aku langsung
menyelamatkannya dan pertemanan terjadi bergitu saja.
“huuuu… kau sangat tidak asik Suf, bukankah kau harusnya
senang bisa pergi dari desa itu dan terbebas dari latihan neraka bersama pak
tua itu hahaha”
“yaa kau ada benarnya sih, tapi sekarang diamlah, masih
butuh 3 hari untuk mencapai ibukota
Roxalia”
“hehe oke okeee”
Dasar kau Jack, temanku yang satu ini tidak pernah berubah.
Aku pun harus bersabar sambil tetap serius membaca buku setebal 579 lembar ini.
“Hei Suf, apakah kau membaca surat kabar tadi? Bahwasanya
perang dunia akan segera terjadi, dan semua Negara akan ikut berperang”
“hmm?? Ah ya, itu benar itu mungkin terjadi 1 sampai 2 tahun
lagi. Memang sudah wajar akan terjadi perang jika kestabilan kekuatan Negara,
apalagi ketika melihat pergerakan Imperialisme dan kolonialisme Negara Madonia.
Dan jika itu benar-benar terjadi, mau tidak mau Roxalia harus ikut berperang”
Aku yang menjelaskan dengan panjang lebar. Jack hanya
membalasnya dengan tatapan bingung.
“wahh… seperti yang diharapkan. Kau memang orang aneh yang
membicarakan orang aneh”
“HA HA HA apa kau bilang? Bukannya kau bertanya mengenai
pendapatku tadi haaa?”
Aku memukul pelan lengan Jack karena kesal dia selalu
berkata aku adalah orag aneh ketika aku menjelaskan sesuatu yang tidak dia
pahami. Tapi ya sudahlah, itu bukan sebuah masalah yang penting aku hanya harus
membaca dan menunggu sampai ke ibukota Roxalia.
Ketika hari kedua, malamnya aku dan Jack mendirikan kemah di
hutan. Aku bertugas untuk membuat makanan dan Jack mendirikan. Ketika aku
mencari kayu bakar di hutan, aku melihat wanita bergaun ungu terbaring tidak
sadarkan diri, melihat keadaan tersebut, aku mendekatinya dan memeriksa denyut
nadinya.
“Fuhh... ternyata dia hanya pingsan”
Karena takut jika aku meninggalkannya sendiri di dalam
hutan, apalagi di malam hari hewan buas berkeliaran dimana-mana, aku
menggendong perempuan itu seperti seorang pangeran menggendong putrinya. Aku
pernah melihat gambaran ini di salah satu buku di perpustakaan Pak Tua Korna di
buku kisah-kisah Romansa. Ketika 2 menit menggendongnya aku memperhatikan bahwa
wajah wanita tersebut ternyata cantik juga. Dengan rambut panjang berwarna
Scarlet dan pipi yang merona merah, dari rupanya, sepertinya dia seumuran
denganku. Tanpa sadar aku mulai mendekatkan wajahku.
“tidak tidak tidak. Aku tidak boleh melakukannya, Aku bukan
seorang penjahat!”
Aku menggelengkan dan menarik kembali kepalaku dan untuk
mengalihkan pikiranku, aku menghitung kelipatan 7 dari 700 .
Setelah beberapa menit berjalan. Aku akhirnya sampai ke kemah
kami. Ketika ku datang, Jack berlari sekuat tenaga ke arahku, ya walaupun dia
sempat terjatuh karena tersandung, dia tetap menghampiriku dengan keadaan
hidungnya yang merah.
“wahhh wahhhh. Siapa wanita ini Suf!? Dimana kau
mendapatkannya? Apakah kau menculiknya? Apakah kau sudah menciumnya seperti
cerita-cerita pangeran dan putri itu?”
Mendengar hal itu,aku menjawabnya dengan menendang perut
Jack sampai dia terpingkal.
“aww… tenang Suf aku hanya bercanda. Tapi siapa wanita itu?”
Tanpa menjawab pertanyaan Jack. Aku membaringkan wanita itu
di dalam tenda agar dia terhindar dari angin malam. Setelah itu aku mengambil
beberapa makanan untuk dimasak sembari menjawab rasa penasaran Jack.
“Aku menemukannya di hutan sedang terbaring tidak sadarkan
diri, karena takut terjadi sesuatu. Aku membawanya kesini”
“haa? Apakah kau tidak takut kalo ada orang lain yang
melihat, kita akan dianggap penculik.”
“Tenanglah, di malam hari seperti ini, tidak akan ada orang
lain yang lewat”
“hmm… benar juga, tapi ingat. Jika terjadi sesuatu jangan
salahkan aku”
“iya iya tenanglah Jack”
Aku mengangguk sambil memasak kentang di panci di atas api
yang membara.
Setelah 10 menit berlalu masakan untuk porsi 3 orang pun
sudah selesai. Ketika kami berdua sedang makan. Kami berdua mendengar suara
dari arah tenda kami.
“Ka…ka..kalian Berdua penculik biadab, bebaskan aku!”
Yaa. Wanita berambut scarlet ungu itu berteriak kepada kami
sembari mengacungkan pisau kearah kami berdua, walaupun jarak diantara kami
tidak begitu dekat.
“Awww aww panas… panas… ehh maafkan kami, kami bukan
penjahat!”
Jack yang mengankat kedua tangannya telah menumpahkan
makanan tepat ke badannya. Dia berusaha utnuk meminta maaf ke pada wanita itu,
namun wanita itu tetap tidak percaya bahwa kami bukanlah penjahat.
Melihat keadaan yang tidak akan berubah, aku berdiri dan
pergi kearah api unggun. Melihat gerakan yang mencurigakan dari ku, wanita
tersebut semakin berteriak akan menusukku jika aku semakin bergerak, namun aku
tetap berjalan seperti tidak terjadi apa-apa.
Setelah mendapatkan yang aku inginkan, aku mulai menghampiri
wanita itu.
“Jangan…jangan… dekati aku! Tolong!...”
Wanita itu mulai jatuh terkulai lemas. Dia merintih meminta
tolong dengan nada yang sangat memilukan dan suara yang sangat bergetar. Aku
semakin mendekainya, ketika jarak kami sangat dekat aku menodongkan sesuatu.
“A…Apa ini?”
“Makanlah kau pasti lapar”
Aku memberikan semangkuk makanan yang kumasak kepadanya
sembari memberikan senyuman hangat kepadanya. Awalnya dia masih merasa
ragu-ragu, tapi setelah mendengar suara perutnya yang keroncongan. Dengan
tersipu malu dia mengambilnya dan mulai memakannya. Aku kembali kepada posisi
duduk awalku, yaitu disamping Jack.
“wow… kau hebat Suf, kenapa kau tidak meyakinkannya pada
saat pertama kali dia mengatakan kita seorang penjahat”
“yaa kau tahu, ada sebuah ungkapan mengatakan bahwa ‘Keep hungry, keep foolish’ jadi tidak
akan berguna jika kau mulai berkomunikasi dengan seseorang dalam keadaan
lapar.”
“hmmm… begitu yaa…”
Setelah beberapa menit, wanita tersebut sudah selesai
memakan makanannya dan mulai duduk terdiam sambil melihat kami berdua. Setelah
beberapa saat dia memandang kami, akhirnya dia mengucapkan sesuatu.
“hmm… te… terima kasih makanannya…”
Sambil tersipu malu, suara yang indah nan begitu feminim keluar
dari mulut indah wanita itu.
“sama-sama”
Aku menjawab pertanyaannya dengan datar dan aku berpikir
sudah saat yang tepat untuk memperkenalkan diri kami padanya.
“Saya akan memperkenalkan diri kami nona, saya adalah Jusuf,
dan ini teman saya Jack. Kami berdua sedang menuju Ibukota Roxalia untuk
mengikuti akademi militer disana. Dan akulah yang menemukanmu tergeletak tak
sadarkan diri di dalam hutan.”
“ohh… jadi kau yang sudah menyelamatkan ku. Terima kasih...
tapi bagaimana caramu membawaku sampai kesini?”
“ahaaaa, temanku Jusuf ini menggendongmu layaknya seorang
putri yang digendong pangerannya”
Jack entah datang dari mana, dia menimpali jawaban yang
seharusnya dijawab olehku, tapi gara-gara jawaban absurd dari Jack. Wanita
tersebut mulai memeluk dirinya dan melihatku dengan tatapan sinis. Tiba-tiba
dia berkata “Mesum!” kearahku. Haaaa… ini akan menjadi hal yang sangat
melelahkan.
“Yaaa. Memang benar aku menggendongmu dan aku harus
melakukannya. Dan apakah begitu tata karma yang benar mengatakan ‘mesum’ kepada
penyelamatmu dan memberimu makan?”
“ahh…hmm… tidak, maaf aku salah, aku keceplosan.”
“Haaaa….. Baiklah Nona apakah kau bisa memperkenalkan
dirimu?”
Sembari menarik nafas panjang aku bertanya mengenai dirinya
“mmm…. kalian bisa memanggilku Sintia”
Wanita tersebut memperkenalkan dirinya sembari menghindari
kontak mata denganku.
“Baiklah Sintia, apakah kamu ingin bercerita kepadaku kenapa
kau berada di hutan dan ingin kemana kau pergi?”
Perempuan bernama Sintia itu terdiam dan melihatku dengan
serius, beberapa saat kemudian dia menjawab pertanyaanku.
“aku tidak bisa bercerita kenapa aku berada disana. Aku
memiliki tujuan yang sama dengan kalian yaitu ibukota Roxalia.”
“hmm… kalau begitu baiklah, kami akan mengantarmu kesana
karena kita searah. Tetapi ingat akan satu hal, jika terdapat satu bahaya pun
yang menimpa kami, kami akan meninggalkanmu.”
“A..Apa!? kenapa kau sangat tega!?”
“Hei Jusuf apakah kau sudah gila meninggalkannya
sendirian!?”
Aku mengangkat tanganku untuk mendiamkan Jack yang berdiri
dan seakan ingin memukulku.
“Aku tidak mau mempertaruhkan nyawa kepada seseorang yang
bahkan tidak mau mengatakan nama aslinya kepadaku”
Jack yang mendengar hal tersebut langsung melihat kearah perempuan.
Perempuan itu tertunduk diam dan mulai menggeramkan giginya.
“Tidak ada gunanya berbohong kepadaku, aku dapat mengetahui
dirimu berbohong dari tingkah lakumu.” Perempuan tersebut masih diam membisu
“Haaa… Baiklah, aku berubah pikiran, Kami akan meninggalkanmu disini sendirian
jika kau masih tidak memberitahuku”
Aku mulai beranjak pergi dari tempat itu, tapi ketika 2
langkah perempuan itu memanggilku.
“Tunggu! Baiklah, Namaku adalah Tya, aku masih tidak bisa
memberitahumu nama keluargaku karena kalian saja tidak memberitahuku”
“hmm… bagus, itu saja sudah cukup” aku tersenyum mendengar
hal tersebut dan malam itu kami bertiga beristirahat. Tetapi aku harus tetap
terjaga jika terjadi sesuatu yang tidak dinginkan.
Keesokan harinya. Kami bertiga merapikan tenda dan mulai
berangkat lagi menuju Ibu Kota Roxalia.
“Hari ini perjalanan menuju Ibukota Roxalia akan memakan
waktu 3 jam”
“Yuuhuuu ayo berangkat!”
“…”
Jack yang menjawab pernyataanku dengan semangat seperti
biasanya, sedangkan Tya masih duduk diam di dalam tenda kereta.
Ketika dalam perjalanan, Jack duduk disampingku yang
berperan sebagai supir kuda. Dia mulai membisik sesuatu kepadaku.
“psstt. Hai Suf, setelah aku melihat Tya, dia cukup manis
ya, apalagi rambutnya berwarna Scarlet yang belum pernah ku temui”
“yahhh… kau benar, ini juga pertama kalinya aku melihat
rambut seperti itu.”
Aku melihat kebelakang dan memperhatikan rambutnya yang
berwarna Scarlet, ketika aku memikirkan warna scarlet, aku teringat akan
sesuatu, tapi aku susah mengingatnya. Karena keadaanku yang masih terbengong
melihat dirinya. Tya berteriak kepadaku.
“Berhenti melihatku Mesum!”
“aghhh… maaf”
Setelah mendapat tamparan kata ‘mesum’ kepada diriku, Aku
langung melihat kedepan dan tak berani melihatnya lagi dalam beberapa jam
kedepan.
Setelah 2 jam menjadi supir, aku bergantian dengan Jack. Aku
mengambil posisi faforitku di dalam tenda, memangjangkan kaki kedepan dan mulai
membaca buku tanpa menghiraukan apapun. Perempuan bernama Tya itu yang hanya
berjarak 1 meter dariku sesekali melirikku, aku tidak memperdulikannya dan
terus membaca. Tapi tiba–tiba Tya memanggilku dan menghancurkan keasyikan ku.
“Hei… apakah kau tidak bosan membaca buku setebal itu?”
“Namaku bukan ‘hei’ tapi Jusuf”
Aku yang menjawabnya dengan datar dan sinis membuat dirinya
sebel dengan membesarkan pipinya.
“isss… baiklah baiklah! Apakah kau tidak bosan wahai tuan
Yusuf yang sangat hebat!?”
“ahhh… kalo dipikir-pikir aku lebih memilih dipanggil ‘hei’
oleh dirimu”
“ap!? AAAAA…. Aku tidak peduli denganmu! Aku tidak sabar
untuk pergi dari sini!?”
Dalam keadaan muka sangat merah, Tya memalingkan wajahnya.
Aku melihat wajah merah dengan rambut ungu scarlet miliknya sangat kontras.
Setelah melihat hal itu, aku melanjutkan bacaan buku ku. Tapi beberapa saat
kemudian, Kereta kami berhenti secara mendadak, dan ternyata kami diberhentikan
oleh beberapa tentara berkuda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar