Pahlawan Perang Dunia [Bagian 11]
Author : Ihsan Iskandar
Di ruangan yang dipenuhi bau kertas dan dikelillingi rak-rak kayu besar. Sinar
matahari yang menyingsing dari jendela bergerenda kain hijau itu, seorang
pemuda dan lelaki tua bermain catur dengan seriusnya atmosper yang mereka
ciptakan sangat luar biasa mencekam. Bahkan setiap orang yang melihat hal
tersebut pasti menahan nafasnya. Setelah bermenit-menit, bahkan berjam-jam
berlalu, tidak ada dari mereka berdua yang merubah posisinya, hanya tangan yang
sesekali menggerakkan bidak catur diatas papan hitam putih itu. Setelah
beberapa saat Lelaki tua itu memindahkan pandangannya kea rah pemuda tersebut
dan mengatakn sesuatu kepada pemuda tersebut.
“Sialan kau bocah. Aku tidak percaya hanya dalam waktu 8
tahun ini, kau sudah dapat mengalahkan ku”
Lekaki tua itu mulai berdiri dan meregangkan badannya karena
terlalu lama berdiri.
“hahaha kau hanya sudah terlalu tua, memang sudah
sepantasnya kau kalah”
Pemuda yang memiliki rambut hitam ikal tersebut menjawab
dengan gayanya yang sombong
“kau sudah semakin berani ya bocah? Hahaha”
“hahaha”
“hahaha”
Kedua lelaki itu saling tertawa, dan setelah beberapa saat
suara gelak tawa itu sudah tidak terdengar lagi. Sekarang mereka berdua menatap
satu sama lain seperti sedang memperhatikan keadaan masing, bukan, mereka
bahkan seperti membaca pikiran mereka satu sama lain. Dan dalam sekejap, lelaki
tua itu menendang meja dan mengahmburkan bidak catur satu persatu berhamburan
ke udara.
Setelah itu, dengan secepat kilat, lelaki tua itu melayangka
pukulan lurus tepat kearah wajah pemuda itu, namun pemuda tersebut sudah
mengantisipasinya dengan menyilangkan tangannya tepat di depan wajahnya. Tidak
sampai disitu lelaki tua itu mengayunkan kaki kanannya menuju ke kaki sang
pemuda itu, namun kaki lelaki tua itu dihentikan dengan tumit kaki pemuda
tersebut. dalm perkelahian yang sangat sengit itu, kedua lelaki tersebut
bertarung layaknya monster. Bahkan sebelum semua bidak catur yang berhamburan
itu menyentuh lantai, mereka berdua sudah melontarkan puluhan pukulan dan
tendangan.
Pertarungan sengit yang berlangsung kurang dari 10 menit
berhenti setelah pemuda itu mengunci gerakan lelaki tua tersebut dengan gaya
gulat kunci V.
“haaa… baiklah-baiklah kau menang bocah, lepaskan aku”
Lelaki tua itu menepuk lengan kanan pemuda tersebut
menandankan dia sudah menyerah. Pemuda itu pun melepaskan kunciannya dan
membantu lelaki tua itu bangkit.
Sekarang mereka berdua dalam keadaan menghadap satu sama
lain, lalu gelak tawa dari mereka berdua memecah suasana yang canggung
tersebut.
“haa… baiklah bocah seperti janjiku, kau boleh pergi dari
sini. Lagian aku udah muak melihatmu disini hahaha”
“akhirnya, aku dapat melewati semua neraka itu dan keluar
dari sini hahaha”
“Sialan kau bocah hahaha”
Mereka berdua bersalaman sambil menertawakan satu sama lain.
Kemudian, dari terdengar suara seseorang mengetuk pintu
rumah tersebut dan membuka pintu tersebut.
“hei Jusuf, kereta kuda kita sudah menunggu, apakah kau
benar-benar ingin pergi atau tidak sih? Aku akan meninggalkanmu kalau kau
terlalu lama, dan kenapa semua ruangan disini terlihat sangat berantakan?”
“hahaha baiklah tunggu sebentar Jack, aku akan segera
keluar”
Pemuda yang diketahui bernama Jusuf itu menjawab kepada
temannya yang memiliki rambut pirang dan kulit putih bernama Jack. Setelah itu,
Jusuf mengambil barang-barang yang sudah disiapkannya sejak kemarin di depan
pintu kamarnya.
Ketika semua perlengkapan sudah lengkap, walaupun hanya
membawa sebuah tas sandang berisikan kebutuhan sehari-hari. Sebelum melangkah
keluar rumah, dia melihat lelaki tua yang sudah duduk kecapean di tempat duduk
kayu di rumah tersebut.
“Hei Pak Tua Korna, aku akan buktikan padamu bahwa aku akan
bisa menjadi pahlawan, bahkan lebih dari padamu. Maka dari itu, tunggulah
sampai aku kembali ke rumah ini”
“Dasar Bodoh pergilah, aku sudah sangat muak melihatmu.
Lakukan saja apa yang menurutmu benar hahaha”
Setelah pembicaraan terakhir itu, Jusuf berangkat keluar
rumah dan menaiki Kereta Kuda yang sudah lama menunggunya.
Dalam kejauhan, Pak Tua Korna melihat dalam kejauhan dengan
tatapan yang sedih namun bahagia, dan dalam kesendiriannya dia berkata.
“Sialan Bocah, kau sudah membuatku terkejut berulang kali.
Aku yakin dengan bakat dan tekadmu, kamu dapat menggapai cita-cita yang lebih besar
dari ku. Dan satu lagi… sepertinya aku tidak akan ada disini ketika kau pulang.
Sial, padahal aku ingin berjumpa sekali lagi denganmu. hahaha”
Pak Tua Korna tertawa dengan gelaknya diatas kursi kayu
tersebut sambil berayun, setelah itu dia berdiri menuju kamarnya, didalam
kamarnya yang memiliki banyak fot dan bendera. Dia mengambil satu foto yang
terletak rahasia di dalam salah satu bukunya, foto tersebut adalah foto
seoorang perempuan yang memakai gaun putih dan tersenyum dengan sangat manis.
Sembari melihat foto tersebut, Pak Tua Korna mulai mengatakan sesuatu.
“Kau benar Lisa, jika aku terus hidup, hal baik mungkin akan
terjadi denganku. Terma kash atas sarannya dan aku bahagia sekarang. Tapi
setelah ini, aku mohon izin darimu untuk menuntaskan semua masalahku. Sampai
bertemu lagi Lisa”
Pak Tua Korna Mencium foto tersebut dan mata kirinya yang
tidak buta mulai menjatuhkan air mata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar