Pahlawan Perang Dunia [Bagian 13]
Author: Ihsan Iskandar
Ketika sekelompok tentara berkuda memberhentikan kereta kuda
kami, aku melihat ekspresi Tya menunjukkan rasa takut dan tangannya mulai
gemetaran. Melihat hal itu, aku langsng melemparkan kain coklat bekas karung
makanan kami kearah Tya.
“Hei selimuti dirimu dan berpura-pura tidurlah, jangan
mengatakan sepatah kata pun”
Tya Menerima kain tersebut dan menutupi seluruh tubuhnya.
Dan menidurkan posisi badannya.
Setelah itu, aku dan Jack turun untuk menemui sekelompok
tentara berkuda itu. Aku menghitung jumlah mereka ada 4 dengan memakai ciri
khas baju tentara Roxalia.
“Hei bocah-bocah, apa yang kalian lakukan disini?”
Seorang tentara yang sepertinya terlihat seperti pimpinan
mereka bertanya ke arahku.
“Selamat pagi tuan-tuan, perkenalkan aku dan temanku ini
adalah warga desa Roxanda. Kami berdua pergi untuk ke ibukota Roxalia untuk
mengikuti Sekolah Militer”
Aku menjelaskan dengan sopan
“Cihh… bocah-bocah seperti kalian bahkan tak pantas menjadi
militer. kalian berdua dengarkan aku, namaku adalah kapten Derick Krose
hahaha!”
Dengan tawaan yang diikutin oleh 3 prajurit lainnya Kapten
Derick Krose melihat aku dan Jack dengan sangat rendahnya. Aku yang melihat
jack geram dengan pelecehan mereka aku tahan dengan memegang pundaknya dari
belakang.
“haaa… ya sudahlah. aku ingin bertanya kepada kalian, apakah
kalian melihat seorang perempuan berambut Ungu scarlet ketika menuju kesini?
Jika kalian melihatnya katakan pada kami, katakana pada kami, jika kalian
berbohong kami akan menembak kepala kalian sekarang juga ”
Tepat seperti gudaanku, dia pasti mencari Tya. Kapten Derik
mengangkat sejatanya dan mengarahkannya kearah kami, Jack yang semakin takut
dengan hal itu mundur beberapa langkah. Tetapi aku langsung menjawab pertanyaan
Kapten Derik sambil melihat tepat kearah matanya tanpa ragu sedikitpun.
“Kami tidak pernah melihatnya tuan kapten Derik, jika kau
tidak percaya kau bisa menembakkan peluru itu sekarang juga ke kepala ku”
Moncong senapa larang panjang itu kupegang dan kutaruh tepat
kearah jidat ku, Kapten Derik yang terkejut dengan respon mulai merasa ragu
melihatku.
“haaa… baiklah sepertinya kalian jujur, kalian boleh lewat.”
Kapten Derik menurunkan senjatanya dan mempersilahkan kami
lewat, aku dan Jack yang merasa lega beranjak kembali ke kereta.
“tunggu dulu, apa yang ada dalam karung ini?”
Tanpa ku sadari salah satu prajurit sudah menyusuri kotak
kereta kami dan melihat kain coklat yang menutupi sesuatu dan pasti itu adalah
Tya beranjak membukanya.
“maaf tuan tentara, sebaiknya kau jangan. Itu adalah bekas
makanan kami, dan mereka semua sudah dalam keadaan busuk. Kau bisa
mengetahuinya hanya dengan menciumnya kan?”
Aku segera berkata seperti itu untuk meghentikan prajurit
tersebut. mendengar hal itu, prajurit itu masih ragu-ragu. Namun kemudian dia
mencium karung itu dan langsung menutup hidungnya.
“euhh… kau benar, kau seharusnya membuang makanan ini bocah”
“maafkan kami tuan hehehe”
Aku menunduk maaf kepada prajurit tersebut dan kami berdua
naik kembali ke posisi kami semula.
Setelah terpisah beberapa puluh meter dari tentara itu, aku
mengisyaratkan kepada Tya untuk menyudahi aktingnya.
“hei, semua sudah selesai, kau bisa keluar sekarang”
“HAAAA... kenapa lama sekali!? Dan itu hampir saja! Dan
kenapa kau berkata aku seperti bau busuk! Yaa walaupun karung ini yang berbau
busuk. Tapi kau sangat tidak Sopan!”
Tya mengomel kearahku tanpa jeda dan tanpa henti. Aku hanya
mendengarkannya sambil tertawa geli. Tetapi aku langsung menjawabnya.
“Apapun itu kau berhutang nyawa kepadaku 2 kali oke?”
“ugghhh… moooooo!”
Tya melemparkan kain coklat busuk itu kearahku dengan muka
merah bahkan sampai ke kuping-kupingnya. Walaupun mungkin itu membuat dirinya
membenciku, tapi pemandangan ini membuat sedikit hiburan bagiku.
“Tapi sepertinya, aku merasa seperti kehilangan sesuatu, ya
BENAR! Hei Jack!”
Aku melihat Jack yang duduk disampingku. terdiam dan
menunduk, bahkan aku bisa melihat aura hitam depresi di sekitarnya. Aku
berusaha untuk berkomunikasi dengannya, tapi ketik kau menyentuhnya, dia
bergoyang seperti kayu. Dan mulutnya mulai berkomat-kamit macam-macam.
“haaa sudahlah, sepertinya aku harus membiarkannya dulu
sebentar”
Setelah berjalan selama 45 menit. kami sampai ke ibukota
Roxalia. Gerbang yang sangat besar terbuat dari semen keras berwarna orange itu
hanya memilki satu pintu masuk, dan antrian panjang yang tercampur mulai dari
gerobak, kereta kuda seperti yang kami punya, bahkan laki-laki atau perempuan
yang membawa tas besar. Kami berada di barisan paling belakang dan menunggu
selama 30 menit sampa kepada giliran kami tiba.
Proses untuk masuk kedalam kota Roxalia sangat panjang, jika
kalian adalah warga desa yang ingin memasuki ibukota Roxalia, kalian harus
memiliki kartu tanda pengenal. Dan itupun terbagi beberapa macam. Jika datang
untuk menjadi pedagang kau akan mendapat kartu tanda pengenal bertuliskan A,
jika sebagai wisatawan bertuliskan B, ingin tinggal di Ibukota Roxalia
bertuliskan C, dan pelajar adalah D. aku dan Jack mendaftarkan diri sebagai
pelajar, namun Tya sudah memiliki kartu tanda pengenal. Ketika tanda pengenal
dirinya di tunjukan kepada penjaga gerbang itu, ekspresi terkejut terluki di
wajahnya dan mempersilahkan Tya untuk masuk ke dalam kota duluan.
Oh iya, untuk pembiayaan pendaftaran, kami harus membayar 10
Rupi. Untuk penggunaan uang, di benua Jaziro setelah perjanjian ekonomi 8 tahun
yang lalu seluruhnya menggunakan mata uang Rupi. Yaitu uang dalam bentuk
kertas. Setelah pembayaran dan verifikasi identitas, aku dan Jack menyusul Tya
yang sudah berada di kereta kuda kami.
“Baiklah, Jack dan tuan ‘hei’, terima kasih sudah membantuku
sampai kesini, tapi aku harus berpisah dengan kalian. Kuharap aku bisa membalas
budi ini nanti jika kita bertemu lagi.”
“Waahhhh…. Sangat disayangkan kita harus dipisahkan seperti
ini Tya, aku sangat mengingat momen-momen yang kita habiskan bersama…” Jack
menjawab pernyataan Tya dengan nada yang sangat sedih.
“ayolah Jack, kita hanya bersama dengannya selama kurang
dari satu hari, dan momen-momen yang kau
katakan hanyalah duduk di kereta yang sama tanpa melakukan permbicaraan
sedikitpun”
“Diamlah Jusuf! Aku tahu itu dan itu sudah sangat spesial
bagiku”
“haaa… baiklah”
“hahaha… kalian
berdua ternyata lucu juga”
Tya yang sedari tadi memperhatikan kami mulai tertawa. Aku
yang melihat tawanya untuk pertama kali membuatku sedikit terdiam lalu aku
segera memalingkan wajahku.
“baiklah, aku akan pergi, jaga diri kalian yaaa!”
Tya pergi menjauh kereta kuda kami sembari melambaikan
tangan. Jack mengayunkan tangannya dengan sangat bersemangat seperti perpisahan
kepada teman yang sudah bertahun-tahun bersamanya. Aku hanya melihat kepergian
dan langsung menaiki kereta kuda kami.
“hei Jack, aku akan meninggalkanmu”
Aku melibaskan tali kuda dan mulai berjalan menjauh, Jack
yang menyadarinya mulai berlari mengajarku.
“Jusuf Tunggu akuuu!”
“baiklah aku akan menunggumu” tapi aku malah tidak
memberhentikan kereta kudanya dan masih berjalan seperti biasa, sedangkan Jack
masih mengejar dari belakang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar