Pahlawan Perang Dunia [Episode 14]
Author: Ihsan Iskandar
“wahhh kita sampai juga ke hotel, huuu nyamannya”
“turunlah dari kasur dan bantu aku mengemas barang kita”
Sehari setelah sampai ke Ibukota Roxalia, aku dan Jack
langsung menuju Hotel termurah untuk kami menginap. Hal ini dikarenakan ujian
untuk masuk ke akademi militer akan dilaksanakan 5 hari lagi. Namun deadline
pendaftaran adalah besok.
Aku menemukan hotel murah yang membayar 15 Rupi yang
difasilitasi dengan toilet dan kamar mandi, serta makan pagi dan makan malam.
“hei Jusuf kau ingin kemana sore begini? Apakah kau tidak
capek?”
Jack bertanya kepadaku karena melihatku bersiap-siap untuk
pergi keluar hotel.
“aku akan berjalan-jalan sedikit, dan jangan lupa kau harus
belajar untuk tulisan militer nanti.”
“ya yaaaa”
Setelah itu aku langung keluar hotel dan menuju alun-alun
kota.
Ada beberapa alasan kenapa aku memutuskan pergi ke
alun-alun. Karena alun-alun merupakan tempat berkumpulnya semua informasi. Aku
menuju kesana sekaligus menikmati menyusuri pemandangan kota. Setelah berjalan
selamat 15 menit, aku sampai ke alun-alun. Seperti yang kubayangkan, alun-alun
seperti lapangan bundar dan diisi ditengahnya air mancur yang indah. Para
pedagang dan prajurit berada disana-sini menghiasi alu-alun. Namun au langsung
menuju Announcement Board yang sedang dikelilingi para anak muda seperti ku.
Aku menerobos keramaian itu dan melihat pengumuman-pengumuman Negara dan berita
terkini.
Di rubrik berita, aku membaca bahwa Negara Madonia dan
Roxalia sedang meningkatkan kemiliterannya guna menghadapi perang dunia yang
akan pecah. Di rubric Pendidikan, Pendaftaran akademi militer akan dibuka esok
hari tepat di depan sekolah militer. Ketika aku sedang asik membaca, aku
melihat dalam kerumunan pemuda dan pemudi, terdapat seorang cewek yang sedang
mendapat pelecehan dari seorang pemuda dibelakangnya. Mungkin karena saking
takutnya, cewek itu ridak berani berteriak.
Melihat hal itu, aku mengkap tangan pemuda cabul berbadan
itu dari belakang dan membisikkannya dari belakang.
“hei, apakah kau tau jika aku berteriak bahwa kau adaah
orang cabul, para prajurit akan menghampirimu dan kau kan dipenjara minimal 5
tahun penjara.”
Mendengar hal itu, pemuda tersebut berkeringat dingin. Aku
meleaskan tangannya dan dia mulai beranjak pergi dari sana.
“Sial, kau lihat saja nanti!”
Setelah itu,
perempuan yang mendapat pelecehan itu terduduk lemas. Aku membantunya berdiri
memberikan tanganku padanya, dia menerima tanganku dengn malu dan aku
membawanya menuju tempat duduk di alun-alun tersebut.
“Te…terima kasih…”
“sama-sama. Tapi apakah kau baik-bak saja?”
Aku bertanya kepada perempuan itu, perempuan yang memiliki
rambut orange cerah, sama seperi warna tembok gerbang pintu masuk yang kulewati
tadi, mata yang sebiru langit, dan kulit seputih susu.
“ya… aku baik-baik saja, aku hanya sedikit trauma. Terima
kasih”
Perempuan itu melihatku dan memberikan senyuman manisnya
kepadaku, aku membalasnya dengan senyuman dan duduk disampingnya.
“Perkenalkan, namaku adalah Jusuf, aku adalah warga desa
yang ingin berlajar di akademi militer”.
“ehh… hmm… namaku adalah Yuna, aku adalah warga asli Ibukota
Roxalia.”
Setelah pembicaraan itu, suasana menjadi sunyi dan canggung.
Aku yang melihat dirinya sudah tidak bergemetaran ketakutan lagi memutuskan untuk
meninggalkannya.
“baiklah, sepertinya kau sudah baik-baik saja. Aku kaan
pergi ke perpustakaan kota sekarang jadi selamat tinggal”
Ketika aku beranjak 2 langkah darinya, Yuna menarik lengan
bajuku. Aku melihat Yuna yang sedang berusaha menyampaikan sesuatu.
“hmm… bi…bisakah aku mengantarmu kesana, aku tau jalan
menuju perpustakaan kota”
“baiklah, tolong tunjukkan aku jalannya”
yaahhh mungkin tidak ada salahnya melakukan ini, dan
sekaligus sebagai balas budi darinya. Aku akan merasa tidak enak jika dia
merasa berhutang denganku.
Setelah 10 menit berjalan sambil mengobrol, aku mengetahui
bahwa Yuna juga akan mendaftarkan dirinya di akademi militer. Setelah sampai di
perpustakaan kota yang sangat besar rasa semangatku ketika membayangkan
banyaknya buku didalam sana membuatku lupa bahwa Yuna sedang berbicara
denganku.
“mm… Jusuf? Kau benar-benar menyukai perpustakaan ya?”
“ehh ahh.. ha ha ha yaa seperti itulah. Maaf”
“ehh!? Kenapa kau meminta maaf kepadaku Jusuf tidak bersalah
apa. Mmm… bahkan aku su…suka sama seseorang yang suka mem..baca…” Yuna semakin
merendahkan suaranya hingga aku tidak dapat mendengar suaranya.
“ehh apa? Apa yang kau katakana Yuna?”
“ehh!? Hahaha tidak ada hahaha.”
Yuna menjawabnya dengan terbata-bata dan mukanya kian
memerah.
“baiklah, kalau begitu aku akan pergi, sampai jumpa lagi
Jusuf”
Yuna pergi dan aku melambaikan tangan kepadanya. Setelah itu
aku langsung masuk ke perpustakaan dan membuka pintu yang terbuat dari kayu
jati itu.
Ketika masuk, aku
seperti melihat sebuah taman surga, jumlah buku yang bahkan berjumlah ribuan,
tidak jutaan. Bau khas buku dan rak berkayu. Aku menulis namaku di buku
kehadiran dan berselancara ria membaca buku samai malam hari tiba dan pulang ke
hotel.
Di pagi harinya, aku dan Jack pergi bersama ke pendaftaran
akademi militer Roxalia. Kami yang berpakaian layaknya seorang pegawai
pekantoran. Ketika sampai disana, seperti yang diharpakan, antrian pendaftaran
sangt ramai diisi oleh banyak pemuda dengan beragai corak. Ada yang ditemenin
oleh orang tuanya, ada yang dikawal oleh bodyguard, dan ada yang pergi sendiri
seperti ami berdua.
Ketika kami mengantri, dengan Jack berada di depanku. Aku
melihat dari kejauhan Yuna sedang melambaikan tangan ke arahku sepertinya dia
sudah selesai mendaftarkan diri.
“Heiii…” Yuna yang memiliki badan sedikit lebih pendek dari
wanita pada umumnya, rambut orange sepanjang pundak yang melambai dengan
indahnya itu semakin menghampiriku.
Tapi anehnya Jack yang berada di depanku tiba-tiba menghadap
ku.
“ju…ju…ju…jusuf… aku sudah terkenal...”
“haa? Apa maksudmu?”
Perkataan Jack yang tidak jelas dan bergetar membuatku
bingung.
“a…ada wanita cantik yang melambai dan menghampiriku…”
Ohh… ternyata ada salah paham disini, untuk tidak membuat
rasa sakit hati atas rasa kepedean luar biasa sahabatku ini, aku memberikan
nasehat kepadanya.
“Jack, jika kau adalah lelaki sejati. Bacalah situasi dengan
benar.”
“ehh…hmm… baiklah!”
Jack yang mengangguk keras langsung percaya perkataan ku dan
kembali menghadap kedepan, ketika Yuna sudah berjarak 1 meter dari kami, dan
hanya dipisahkan garis pembatas barisan. Jack langsung mengucapkan sesuatu
dengan lantang.
“Hei Ju-“
“Hm… MAUKAH KAU BERPACARAN DENGANKU!?”
“ehh? EEEEHH...!?”
Pernyataan perasaan yang super dahsyat itu dapat terdengar
hingga barisan paling depan, semua perhatian mengarah ke kami. Yuna yang
mendengar hal itu langsung terdiam bingung dan terkejut, sedangkan aku… aku tetap
memandang kedepan dengan tatapan kosong seperti tidak terjadi apa-apa di
hadapanku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar