Minggu, 20 Agustus 2017

Pahlawan Perang Dunia [Bagian 22]

hlawan Perang Dunia [22]

“jadi dia yang melawan pangeran?”

“ehh benarkah dia melawan pangeran, dasar laki-laki bodoh”

“Apakah kau tau, dia juga mendekati Ketua Dewan Pelajar, Sang Putri !”

“APA!? Ohhh ini tidak bisa dibiarkan!”

Gosip dipagi hari padahal langit masih berwarna merah jingga, para pelajar perempuan mulai berbisik membicarakanku mengenaii sesuatu yang mereka panggil ‘pangeran’. Berbeda dengan para laki-laki, mereka membicarakan mengenai ‘Putri Tya’ atau apalah itu. Tapi kesamaan dari mereka semua yang menggosipi ku adalah tatapan mereka yang sangat dingin bahkan membuat tengkukku dingin.

“Huftt… sepertinya hari ini semakin dingin ya” aku membisik seperti itu sambil berjalan menelusuri lorong kearah kelasku yang berada di paling ujung, maklum saja itu adalah kelas J.

Sebelum aku membuka pintu geser kelas tersebut, aku merasakan hawa yang sangat dingin dan mencekam berasal dari dalam kelas. “haaa… sepertinya teman-teman kelasku akan menganggapku lebih buruk dari sebelumnya, dan tatapan segelap batu hitam di malam yang gelap gulita”. Tapi, aku tidak bisa terus seperti ini, aku menarik nafas dan membuka pintu kelas. Tapi kejadian yang jauh dari ekspektasiku terjadi.

Secara bergerombolan pelajar-pelajar di kelasku, perempuan atau laki-laki mendatangiku seperti mengejar mangsanya. Melihat hal tersebut, sontak aku mengangkat bukuku dan menaruhnya di depan wajahku untuk perlindungan. Menunggu untuk pukulan, 1 detik, 2 detik, 5 detik berlalu. Aku tidak merasakan adanya pukulan atau sentuhan di tubuhku. “ada apa ini?” pertanyaan yang dibenakku itu membuat aku menurunkan senjata persegi panjang dengan lebih dari 300 halaman itu.

Didepan bola mataku, aku melihat teman-teman kelasku menatapku secara serentak dengan tatapan yang tidak terduga, dari mata dengan hawa ingin membunuh, berubah menjadi mata berbinar-binar seperti tatapan sesosok pahlawan. Melihat hal canggung itu aku mulai bersuara.

“ehh… hmm… apa terjadi sesuat-“

“Benarkah kau melawan pelajar baru terkuat ‘Sang Pangeran’!?”

“itu…itu…itu… katanya kau berhasil mendekati ‘Sang Putri’ yaaaaa!?”

“hei Teman, katanya kau menyelamatkan Sarah ‘Sang Boneka’ ya? Aku sangat iri padamu sialan! Hahaha”

Semua pelajar dari kelasku satu persatu mendesak dengan pertanyaan beruntun, ternyata dampak dari kejadian kemarin memiliki pengaruh yang terbalik terhadap kelasku. Ketika kutanya kenapa mereka malah senang dengan hal itu. Mereka tertawa dan menjawab “Karenamu Jusuf, Kelas J yang dikatakan ‘kelas Pecundang’ dan tidak berarti ternyata bisa melawan ‘kelas unggulan’ dan super sombong seperti kelas A.” ooh… ternyata aku telah membuat reputasi dari kelas J meningkat, aku yang mendapat beribu puian dari temanku, bahkan Tara yang memiliki badan besar memelukku dengan erat. Ughhh… aku tidak tahu, apakah dia ingin memberiku ucapan terima kasih atau ingin membunuhku.

Ketika suasana mengharukan itu berlangsung dan aku mulai merasa lemas di peluk oleh Tara. Sir Igor masuk ke kelas dan memecahkan suasana tersebut. semua pelajar berhamburan dan duduk ditempat duduknya masing-masing. Terima kasih akan hal itu, Tara melepaskanku dan aku terduduk lemas di depan kelas. Dan ketika kau melihat kedepan, Sir Igor melihatku dan bertanya padaku “apa? apakah kau ingin pelukan dari ku bocah?” aku menggelengkan kepalaku dengan keras dan mulai jalan dengan perlhan ke tempat dudukku. Semua pelajar yang melihat keadaanku, semua mulai tertawa dan aku hanya tertunduk malu.

“Baiklah, besok bahkan sampai 1 minggu kita akan Piknik Gyahahah… Persiapkan diri kalian”

“SIAP SIR!”

Setelah kelas usai dan Sir Igor keluar kelas. Vina mendatangiku dan duduk disampingku.

“Hei Jusuf, kita akan piknik wohoooo!”

“ahh hmm ya itu benar”

Aku yang ingin mengatakan bahwa maksud piknik itu adalah “Latihan Lapangan” kepada Vina menjadi tidak tega ketika mengetahui bahwa Vina sangat senang akan hal itu. lalu tiba-tiba, Vina mendekati secara perlahan dan mukanya yang putih tersipu merah.

“hmm… Jusuf, apakah kau ada pasangan untuk besok?”

Oh tidak, jika aku mengatakan ‘iya’ atau ‘tidak’. Kalau dia mengetahui bahwa besok bukanlah piknik sesungguhnya. Dia akan sangat malu.

“Vina dengarkan aku”

“ehhh!? Hmm… baiklah…” Vina mengatakan tersebut dengan malu-malu, namun matanya masih erat memeluk mataku, apalagi ketika melhat Vina mulai mengerai rambut hitamnya yang panjang.

“untuk piknik besok sebenarnya…”

“Sebenarnya?” Vina semakin mendekatkan wajahnya ke wajahku. Bahkan aku bisa melihat jelas sekujur wajahnya. ‘BAHAYA BAHAYA BAHAYA’ Alarm ku berbunyi dengan keras dan aku bahkan sekarang tidak bisa bergerak dan tidak tega mengatakan yang sebenarnya.

“sebenarnyaa…” mulutku semakin kaku tak bisa berbicara, tapi Vina malah makin dekat ‘SAVE OUR SELF, SAVE OUR SOUL, ALERT’ Dialmlah alarm diriku! Aku tahu ini berbahaya.

Ketika dia semakin mendekat, tiba-tiba Bara menarik mundur kerah Vina menjauhiku.

“apa yang kau lakukan Bara!?” Vina menghadap ke Bara dengan muka marah dan nada tinggi

“Vina, besok itu bukan piknik, melainkan latihan lapangan” Bara menjelaskan secara perlahan

“owh… begitu ya, yahhh… aku jadi kehilangan kesempatanku” Vina kembali duduk dan memasang wajah cemberut

Aku yang akhirnya merasa lega terbebas dari marabahaya karena Bara, sepertinya aku berhutang nyawa dengannya.

Keesokan harinya Kelas J berkumpul di Lapangan AMIR. Sir Igor dengan pakaian tentaranya berwarna hijau dan memakai baret hitam. Sedangkan kami juga memakai baju yang sama namun tidak memakai baret. Sir Igor menjelaskan bahwa Latihan Lapangan kali ini akan dilakukan di desa Rexan. Dan berada lumayan jauh dari Ibukota Roxalia.

“Baiklah, Desa Rexan dapat ditempuh 4 hari dengan menaiki kereta kuda, dan 3 hari menaiki kendaraan mesin. Tapi, kita akan berjalan kaki kesana dengan kecepatan yang sama seperti kendaraan mesin. Gyahahaha”

“APA BERJALAN KAKI!?”

Seluruh kelas J serentak melontarkan satu kalimat ketidakpercayaan tersebut. tapi yang paling kuperhatikan adalah Tara yang memiliki badan besar membuat wajah sangat depresi. Kau harus kuat Tara, aku yakin kau bisa. Aku mendukungnya dari hatiku yang paling dalam. Dan perjalanan 3 hari berjalan kaki pun dimulai.

“HEI CACING-CACING, LARILAH! KITA BARU BERLARI SELAMA 6 JAM DAN KALIAN SUDAH CAPEK! PERCEPAT LANGKAH KALIAN! MENGERTI!?”

Sir Igor yang berteriak kepada kami selagi dia menaiki Kendaraan Mesin roda empat yang kami sebut ‘mobil’’, membuat rasa iri dan marah tersendiri terhadapnya. Terlihat seluruh kelas J sudah sangat kelelahan, apalagi Tara. Tapi aku hanya bisa melihatnya tanpa mengatakan apapun.

2 jam kemudian, kami dipersilahkan berisitirahat dan berjalan kaki biasa.

Pada malam pertama pelatihan. Kami semua beristirahat dan semua kelas J terkapar di tanah sambil menahan rasa sakit yang sangat luar biasa. Tapi terima kasih karena pelatihan Neraka dari Pak Tua Korna, perjalanan seperti itu bukan apa-apanya.

Malam itu ketika kami semua ingin tidur, aku masih terjaga dan melihat sekeliling Tenda kami. Dan ketika itu, aku melihat Tara berjalan keluar tenda, karena penasaran aku mengikutinya dan Tara sedang duduk di pohon besar dan termenung sambil melihat Bintang.

“hei, tidak bisa tidur?”

“SIAPA!? Ohh… ternyata Jusuf.”

Aku tiba-tiba bertanya kepadanya dan membuatnya terkejut. Ketika aku menanyakan apakah dia tidak bisa tidur. Dia mengaggukkan kepala.

“Bolehkah aku duduk di sampingmu?”

“silahkan”

Kami yang sekarang duduk di bawah pohon besar itu mulai melihat bintang-bintang. Ketika aku melirik kearah Tara, ekspresi sedih terlihat di sela-sela cahaya bulan.

“Tara aku mengenal seseorang laki-laki yang tidak ahli akan apa-apa dan bahkan tidak diingini oleh semua orang. Bahkan laki-laki tersebut lebih memilih untuk mati saja”

“benarkah? Terus apakah dia mati?” Tara mulai memindahkan pandangannya ke arahku

“Tidak, kehidupan memberikannya kesempatan sekali lagi, dari sesuatu yang dianggap ‘benalu’ dalam masyarakat, dia berusaha berlatih seperti di Neraka yang bahkan membuatnya tidak bisa tidur tiap malam.  dan sekarang dia mulai diterima secara perlahan oleh masyarakat”

“oh wow, cerita yang bagus. Aku berharap dapat sepertinya. Kau tau Jusuf, aku yang memiliki badan besar dan gendut ini membuatku tidak percaya diri akan pelatihan ini. Sepertinya aku memang tidak cocok untuk menjadi tentara” Tara mulai membuka dirinya dan bercerita kepadaku mengenai permasalahannya.

“Kenapa kau ingin menjadi Tentara?” aku bertanya kepada Tara dengan nada serius

“Ayahku adalah seorang Tentara dan dia mati dalam perang. Untuk hal itu, aku harus menjadi tentara dan melanjuti langkah kakinya” Tara mulai bercerita mengenai hidupnya, ketika bercerita mengenai ayahnya, matanya sepert berkaca-kaca penuh emosi.

“Aku memiliki tanggapan seperti ini Tara. Laki-laki yang ku ceritakan tadi, dengan segala kekurangannya, dia masih terus berusaha menggapai mimpinya. Dan ada 1 hal yang membuatnya terus bertahan dari semua cobaan itu”

“dan apa itu?” Tara memerhatikanku bercerita dan mulai tertarik akannya.

“itu adalah ‘Kepercayaan Diri’, kepercayaan diri bahwa kau akan bisa menggapai hal tersebut apapun konsekuensinya membuatmu semakin kuat. Kepercayaan diri dapat mengeluarkan kekuatan sejatimu.”

Aku mulai berdiri dan melihat kearah Tara yang sedang duduk.

“ Jika kau mulai capek dan akan terjatuh ketika berlari nanti, bayangkanlah wajah ayahmu yang ingin kau gapai itu. ubah mimpi-mimpimu itu menjadi berada 10 cm di depan matamu. Dan kau akan dapat melakukannya.”

“wahh… aku sepertinya sudah menjadi orang yang bijaksana hahaha. Baiklah aku akan tidur duluan, kau juga tidur lah dulu Tara” aku melambaikan tangan kepada Tara dan beranjak pergi ke perkemahan.

“Tunggu dulu Jusuf!” Tara berteriak kepadaku dan aku menoleh kebelakang

“Siapa laki-laki yang kau ceritakan dalam ceritamu tadi?”

Aku tersenyum dan mulai menjawab pertanyaan Tara

“Hanya seseorang yang kukenal…”

Di malam yang sedang diisi oleh cahaya rembulan yang mempesona. Di bawah sususan rasi Bintang malam itu, seorang lelaki duduk dibawah pohon besar. Kegelisahan yang sangat dalam mulai mencuat ke permukaan. Perlahan mata pemuda itu bersinar seperti menemukan jawaban bagi sukmanya.

Catatan Penulis:
Terima kasih Sudah membaca Teman! ^^ Baca Juga cerita saya lainnya:
Pahlawan Perang Dunia
Terindu Kemerdekaan
Life in Word
Follow terus lini tulisan saya di:
Blog : HYPERLINK "http://www.Setegukkisah.blogspot.com" www.Setegukkisah.blogspot.com
Wattpadd :Ihsan_Iskandar
Penana :Iskandar
Storial :@Iskandar3
Sosial Media saya Juga Dong:
Email : Ihsaniskandains@gmail.com
Instagram : Pentears
Facebook : Ihsan Iskandar

Pahlawan Perang Dunia [Bagian 21]

Pahlawan Perang Dunia [21]

Sudah 3 hari semenjak aku menjadi pelajar di akademi Militer AMIR. aku mempelajari di dalam AMIR, terdapat asrama laki-laki yang berada di bagian timur dan asrama perempuan berada di bagian selatan. Masing-masing gedung laki-laki dan perempuan itu adalah 3. Dan setip gedung dapat berisikan 500 pelajar. Untuk standar akademi militer AMIR. sebenarnya kurikulum yang diadakan semenjak 8 tahun ini bahwa Akademi militer merupakan sekolah tinggi yang mengajarkan para pelajarnya mengenai strategi perang, bagimana cara berperang, bahkan menjadi dokter ketika dalam peperangan. Dan semua itu pada akhirnya akan mengabdikan diri sebagai militer Negara Roxalia.

Adapun peraturan tidak tertulis di Roxalia bahwa mengucapkan nama belakang merupakan hal yang sangat privasi, maka tidak akan aneh banyak orang yang tidak memperkenalkan dirinya secara lengkap, kecuali jika dia benar-benar percaya.

Semenjak kejadian Sir Igo ntah bagaimaan caranya aku mendapat teman, yang mungkin bukan teman hanya sekedar dekat dan mereka tidak memandangku berbeda dengan yang lain. Yaitu Tara yang berbadan besar dan gendut seperti pesumo, Bara, memiliki badan berotot dan tampang seperti Preman. dan Vina perempuan yang memiliki rambut hitam panjang serta kulit yang sangat putih dan mata yang cipit. Kami bertiga biasanya berbicara satu sama lain, dan lama kelamaan pandangan pelajar di kelas J mulai berubah kepadaku. Yahhh… aku mungkin akan merasa betah disini.

Ketika hari itu. kami belajar seperti biasa, dan diajar mengenai strategi perang oleh Instruktur Sir Igor.

“Baiklah. aku memiliki pertanyaan, jika seorang prajurit membuat kesalahan, siapa yang bertanggung akan dirinya. Jendreal atau Panglima perang. HEi JUSUF! JAWAB PERTANYAANKU JANGAN TERUS-TERUSSAN MELIHAT KEARAH JENDELA!”

Sir Igor yang mengganggu lamunanku membuat kau merasa sebal. Aku berdiri dan mulai menjawabnya.

“yang bertanggung jawab adalah dirimu Sir Igor!”

“Ap-“ TACK!

“wahahahaha”

Aku yang menjawab dengan nada main-main dan perkataan yang main-main juga membuat Sir Igor mematahkan penggarisnya karena marah, sedang teman sekelasku tertawa.

“SEMUA DIAM! JUSUF, LARI KELILING LAPANGAN SEBANYAK 50X. SEKARANG!”

Mendengar bentakan itu, kau langsung jalan dan berlari ke arah lapangan. ‘paling tidak aku dapat menikmati udara segar’ aku berkata dalam benakku. Dan memang itu tujuanku sebenarnya.

Ketika aku lari keliling lapangan, aku melihat Kelas A sedang berlatih bertarung satu sama lain menggunakan pisau kayu. Aku dapat melihat Yuna dan Jack sedang bertarung satu sama lan. Tidak diduga, Yuna ternyata dapat bergerak selincah itu. Ketika aku memperhatikan mereka. Aku melihat perempuan berambut pink, Sarah sedang kelawahan bertarung dengan lawannya yang juga seorang perempuan.

Aku memperhatikan mereka sejenak, aku melihat bahwa latihan  yang seharusnya tidak terlalu serius itu, lawan dari Sarah sangat serius ingin melukainya. Karena itu, Sarah bahkan terjatuh berkali-kali. Setelah Sarah bangkit dengan susah payah bahkan kakinya gemetar hebat. Lawannya melihat hal itu dengan wajah tersenyum jahat, dan setelah itu, dia langsung melayangkan sabetan pisau kayu kea rah Sarah.

“Ap-!? Siapa kau?”

“Maaf nona, tapi itu sudah cukup.”

Aku langsung menangkap tangannya sebelum mengenai Sarah. Aku mengintervensi hal tersebut tanpa panjang pikir, aku hanya paling tidak suka jika terjadi kejahatan di depanku.

“hei ada apa ini?”

Pria tampan berambut scarlet, ya itu adalah Rian. dia datang menghampiri kami ketika tau aku masuk ke lapangan untuk menyela mereka.

“Rian tolong aku! Dia memegangku dengan sangat erat dan bahkan dia ingin memukulku” perempuan yang ingin melukai Sarah itu bersilat lidah ke RIan.

“Hei kau, lepaskan wanita itu”

“aku tidak mau.”

Rian mulai mendatangiku. Aku yang dimintanya untuk melepas tangan perempuan jahat itu menolak dirinya mentah-mentah.

“Sebelum kau meminta ku melepaskannya, kau harus tau permasalahannya”

“sudah sangat jelas bahwa kau lah yang salah disini, pelajar kelas J rendahan sepertimu memasuki Kelas A. kau pasti hanya iri kepada kami”

Rian yang menjawab pertanyaanku dengan jawaban syubjektif mulai memegang tangan kiriku yang memegang tangan perempuan jahat itu. Genggamannya semakin kuat, tapi aku tetap tidak melepaskan genggaman ku ke wanita tersebut.

Dan Tapa kami sadari, semua pelajar kelas mulai mengkerumuni kami. Dan Jack mulai datang menyela kami.

“hei hei tenang lah Rian, Jusuf tidak mungkin melakukan itu. Dan kau Jusuf, apa yang kau lakukan disini?”

“diamlah Jack, aku tahu kalian satu kampong halaman, mangkanya kau hanya akan berada disisinya. Sepertinya hal ini hanya bisa diselesaikan dengan kekerasan.”

Rian melepaskan genggamannya dan mengambil 2 buah pisau kayu, dan dia melepmarkan satu kepadaku.

“ambillah, atau kau hanya pecundang yang takut kalah”

Mendengar hal itu, aku langsung melepaskan genggamanku di perempuan jahat itu dan mengambil pisau kayu di tanah.

“Kau berani juga ya melawan pelajar baru nomor satu di AMIR”

“takut? Berani? Itu bukan persoalan. Apakah kau mau melawanku atau tidak?”

“hmm… baikla-“

“HENTIKAN!”

Seseorang yang mengehentikan kami adalah Perempuan berambut Scarlet Ungu dan ketua Dewan Pelajar di AMIR. Tya. Kami berdua terdiam melihat kehadirannya.

“apa yang terjadi disini? Hei kau jelaskan padaku”

Tya menunjukku, dia memanggilku dengan kat ‘kau’ sepertinya dia lupa atau tidak ingin mengenalku.

Aku menjelaskan semua kejadian kepada Tya, dari Sarah yang disiksa dalam latihannya dan pengambilan kesimpulan subjektif oleh Rian. Seketika itu Tya melihat kearah Sarah dan melihat kondisinya. Lalu Tya mulai berdiri di tengah kerumunan.

“baiklah , aku memutuskan bahwa ini adalah kesalahan perempuan yang menyiksa Sarah, dan dia tidak bersalah” ketika mengatakan dia, Tya menunjuk kearahku, hei hei, apakah dia ebnar-benar tidak mengenalku?.

Setelah semua urusan selesai aku mulai kembali kelapangan untuk lari, aku mulai berlari dan ketika aku melewati sisi Rian, sebuah pukulan mengarah ke wajahku. Aku yang menyadari hal itu ingin menghindarinya, tapi karena terlalu banyak saksi mata menerima pukulan dahsyat itu dam melayangkan ku jauh kebelakang dan aku tidak sadarkan diri.

“ughh… terang…”

Aku membuka mata namun semua terlihat sangat terang. Beberapa detik kemudian mataku mulai membiasakan diri dan aku dapat melihat ruangan yang ditutup oleh tirai putih.

“dimana aku?”

“ahh…hmm… k… kau ada di rumah sakit AMIR”

Yang menjawab disebelahku adalah perempuan cantik berambut gelombang panjang berwarna pink. Keika melihatnya aku terkejut kenapa Sarah bisa disampingku dan wajahnya terlihat merah.

“bagaimana bisa aku disini?”

“hmm… kau tadi… tadi dipukul oleh Riyan dan tidak sadarkan diri selama 30 menit.”

“ohh begitu”

Aku yang berhasil mengingat kejadian sebelumnya membuat pipi kananku yang dibalut lakban berdenyut keras. Setelah perkataan terakhir dariku. Tak satupun dari kami yang berbcara, suasan semakin canggung, dan wajah Sarah semakin merah. Apakah dia akan menangis? Setelah mengetahui hal itu, aku berusaha untuk memulai pembicaraan lagi.

“ah an-“

“Ju…Juu..Juusuf… te…te…terima ka…kasih sudah menyelamatkannkyu.. ughhEhh!”

Sarah yang terbata-bata bilang terima kasih kepadaku, bahkan dia menggigit lidahnya sendiri. Aku yang tidak dapat menahan luapan tawaku. Mulai tertawa terbahak behak

“hahahahahahaha”

“…”

Aku yang tertawa mulai menyadari bahwa muka Sarah semakin merah dan dia menggembungkan pipinya. Ketika melihat itu, aku berpikir dia semakin manis, tapi karena tau aku salah karena tertawa aku harus mengatakan maaf.

“ehh… hmm… maa-“

“Jusuf JAHATTTTTT…”

Sarah keluar ruangan sembil mengeluarkan suara “UWAAAA” padahal aku belum sempat meminta maaf padanya.

“haaa… kalau begini aku jadi harus meminta maaf padanya sesegera mungkin”

Setelah itu, aku mulai berdiri dan mulai keluar dari ruangan rumah sakit itu, tapi tepat ketika aku membuka pintu, tanpa sadar, Tya juga ingin membuk pintunya. Alhasil jarak kami sangat dekat, bahkan dapat mendengar nafas masing-masing.

“KYAAAA!” *Dug

Tya yang teriak langsung memukulku dengan spontan. Kekuatan pukulannya sangat tidak wajar, itu tidak terasa seperti pukulan perempuan. Dan hasilnya aku terjatuh dan pingsan lagi.

“ugh… haa apakah ini yang dinamakan Dejavu?”

Aku membuka mata dan semuanya sangat menyilaukan. Setelah pulih. Aku melihat Tya sedang duduk disampingku dengan tegap dan gagahnya.

“baguslah. Kau sudah sadar, maaf karena sudah memukulmu Jusuf, aku hanya ingin… hmm…men…menjengukmu tadi”

Tya mengatakan hal itu dengan malu-malu , aku bingung apakah dia memiliki 2 kepribadian, sifatnya yang gagah berganti menjadi sangat feminim.

“bukankah kau menjengukku karena kewajibanmu sebagai Ketua Dewan Pelajar?”

“AHH ya itu benar. BENAR SEKALI. Aha ha ha”

Tya yang mulai tertawa aneh membuatku semakin bingung.

“oh ya, aku kesini karena juga memberitahumu bahwa Rian yang memukulmu sudah diamankan dan sekarang dalam interogasi. Aku akan memberimu nasihat sebagai Ketua Dewan pelajar Jusuf, kau jangan berurusan dengan Rian apapun yang terjadi dan jangan mencari perhatian.”

Aku mendengarkan dengan tenang nada serius dari Tya.

“oh iya, bukankah tadi di lapangannya kau tidak mengenalku Ketua? kau memanggilku “Kau” tanpa menyebut nama. Dan sekarang kau ingat. Aku meminta sebuah penejelasan.”

“ehh… itu… hmm… itu…. Karena…”

“kerena??”

Aku mendengar dengan seksama perkataannya.

“AGHH SUDAHLAH!” *duk

“Gahhh!”

Tya yang memukulku di perut secara tiba-tiba membuat aku menahan rasa sakit di perutku.

“aku akan pergi, sampai jumpa Hemm!”

Tya pergi keluar ruangan sedangkan aku masih merintih menahan panas pukulan di perutku. Sepertinya hari ini aku sudah menerima banyak pukulan. Aku seperti orang bertampang jahat yang pantas dipukuli, setelah ini aku harus ngaca dan membuktikan bahwa aku tidak memiliki tampang jahat.

“Tapi sebelumnya, apakah pengobatan dirumah sakit ini gratis?” *Glup

Aku menelan ludah seketika sadar akan hal itu.

Catatan Penulis:
Terima kasih Sudah membaca Teman! ^^ Baca Juga cerita saya lainnya:
Pahlawan Perang Dunia
Terindu Kemerdekaan
Life in Word
Follow terus lini tulisan saya di:
Blog : HYPERLINK "http://www.Setegukkisah.blogspot.com" www.Setegukkisah.blogspot.com
Wattpadd :Ihsan_Iskandar
Penana :Iskandar
Storial :@Iskandar3
Sosial Media saya Juga Dong:
Email : Ihsaniskandains@gmail.com
Instagram : Pentears
Facebook : Ihsan Iskandar

  

Kamis, 17 Agustus 2017

Pahlawan Perang Dunia [Bagian 20]

Pahlawan Perang Dunia [20]

“BAIKLAH CACING CACING MENYEDIHKAN! KALIAN AKAN MENGALAHKANKU DISINI”

Kami semua Kelas J telah dibawa ke lapangan untuk melakukan ajakan ujian dari Sir Igor, 50 Pelajar termasuk aku itu berbaris menghadap ke Si Igor

“Baiklah, pertarugn ini sederhana, jika kalian bisa menjatuhkan ku ke lantai maka kalian menang, kalian hanya memiliki waktu 20 menit. Dalam waktu 20 menit itu, kalian bisa menjatuhkanku dengan cara akupun! GYAHAHAHA”

Semua pelajar kelas J menelan ludah secara bersamaan, ketika Sir Igor memakai posisi bertarungny. Auran dan bahkan penampilannya begitu mengantimidasi. Bayangan serasa lebih besar dari biasanya. Dan siapapun yang melihatnya, pasti diam tidak bergerak.

“Hei hei, apakah kalian takut? Kalian bisa saja menyerah. Oh ya aku lupa, jika kalian kalah. Aku akan memberikan tugas yang sangat banyak! GYAHAHAHA”

Sir Igor berkepala botak itu semakin mengancam kami. Karena tekanan itu, satu persatu pelajar mulai maju dan menyerangnya. Dan aku hanya diam mengamati dari jauh.

Setelah 10 menit pertarungan berlangsung, 49 Pelajar terkapar di tanah dan meraung kesakit. Sir Igor bukanlah orang biasa, Gerakannya tidak ada yang sia-sia dan semuanya tajam, sepertinya dia ahli dalam beberapa berladiri dan perpaduan dari tenaganya yang tak normal itu membuatnya tidak bergeming.

“wah wah apakah sudah semua? Hmm… hei bocah, apakah kau takut melawanku? GYAHAHAHA”

Sir Igor menunjukku dan mulai menertawakanku. Aku berada di posisi yang sulit, dihadapanku, teman-teman sekelasku terkapar tidak berdaya, bahkan ada yang mulai berusaha berdiri, rasa pantang menyerah mereka memaksaku untuk melawannya, tapi aku tak ingin melawan Sir Igor karena mungkin aku akan kalah juga. Setelah beberapa saat berfikir, aku mengangkat tangan.

“Sir Igor, aku meminta waktu untuk berbicra dengan teman-temanku, lagian waktu yang tersisa adalah 10 menit lagikan?”

“hmm… baiklah lakukan sesukamu”

Setelah persetujuannya itu, aku mulai mendekati beberapa teman-teman kelasku yang terkapar. Pertama aku mendekati laki-laki berbadan besar dan berambut coklat pendek.

“Hei… apa maumu!?”

“sudahlah, dengarkan saja aku, kau dapat memukulku nanti. Akan menjamin kemengan kita”

Pada awalnya dia menolak untuk mendengarkanku, tapi setelah bisa menjamin kemenangan, dia mendengarkanku dengan seksama. Setelah dia mengaggukkan kepala. Aku mulai mendekati yang nomor dua.

Dia adalah seorang perempuan berambut hitam lurus sampai ke pinggul dan kontras dengan matanya yang coklat. Kesan pertamanya sama seperti lelaki yang pertama, tapi dia tetap setuju denganku.

Lalu aku mendekati lelaki yang ketiga. Lelaki ketiga ini memiliki badan yang kekar dan rambut pirang jigrak. Dia sepertinya adalah mantan preman atau semacamnya. Orang-orang dikelasku sebelumnya melihat dia dengan tatapan takut. Tapi aku tetap mendekatinya.

Setelah berjarak 1 meter dengannya. Lelaki itu bangun dan melontarkan tendangan kearahku.

“MENJAUH DARIKU!”

“tenanglah kau dapat memukulku atau menyiksaku nanti, tapi aku dapat membuatmu mengalahkan pak botak itu, bagaimana apakah kau tertarik?”

Aku yang berhasil mengelak dari serangannya mulai membujuknya. Dia terdiam dan melihatku beebrapa saat, tapi kemudian dia setuju dan aku mulai membisikkan rencananya.

“hei bocah, apakah kau sudah selesai? Aku mulai mengantuk disini”

“ya, maaf menunggu lama Sir.”

Sir Igor yang berkata sombong sambil merenggangkan badannya. Aku yang sudah menyelesaikan memberitahu rencanaku kepada ketiga orang itu mulai berdiri mengitari Sir Igor.

“hei hei apakah kau ingin mengepungku? Tindakan yang pengecut.”

“hahaha, bukankah kami dapat melakukan apapun. Atau kau takut akan kalah Sir Igor?”

“Ughh… RRRR! KAU BERANI BOCAH AKU AKAN MNGELAHKANMU DULUAN!”

Sir Igor lari dengan sangat cepat tepat ke arahku. Tapi sebelum Sir Igor berhasil menghampiriku, Pelajar perempuan berambut hitam itu mengintervensinya dengan tendangan.

“Cih, jadi kau mau kalah duluan PEREMPUAN!?”

Walaupun tendangan itu tidak dapat mengenainya. Perempuan itu dapat bertahan dari serangan Sir Igor dengan gerakannya yang lincah dan Fleksibel.

“hei Sir Igor”

“Ada ap-!? AGHHH MATAKU, BERANINYA KAU!”

Aku yang memanggilnya di tengah-tengah pertarungan melemparkan debu tanah kematanya. Dia yang dalam keadaan buta tersebut mulai membersihkan matanya, kemarahannya semakin besar kearahku.

“MATILAHKAU! EH-!? LEPASKAN AKU!”

Sir Igor yang dipeluk dengan erat dari belakang oleh pelajar berbadan gendut dan besar itu meraung ingin dilepaskan. Tepat ketika ingin dijatuhkan dengan gaya ulat oleh Pelajar gendut itu. /sir /igor data bertahan dari tekanan yang bisa mencapai 100 Kilogram itu.

“hmm… sepertinya belum cukup ya, tapi bagaimana dengan ini?”

Tiba-tiba dari belakang pelajar gendut itu, pelajar bertampang preman dan berambut jingrak itu langsung berada di Sir Igor.

“Apa!? Dari mana kau datang !?”

“ini adalah kekalahanmu Pak TUA!” Pelajar berambut Jigrak itu mengucapkan salam kemengangan dan mulai melakukan kibasan tendangan bawah.

“hahaha, basgus sekali tapi kalian tetap tidak akan bisa mengalahkanku” Setelah mengucapkan itu, Sir Igor mulai mengangkat kaki kirinya. Tapi hal itu tidak terjadi karena sesuatu menghantam paha kirinya.

“apa!? Batu!?”

Setelah tendangan kibasan itu berhasil mengenai kedua kaki Sir Igor. Pasir yang begitu banyak dihasilkan dari pertarungan itu membuatpandangan kabur. Tapi setelah pasi itu mulai mereda, aku dapat meihat Sir Igor jatuh ke tanah dengan keadaan telungkup.

Aku dan semua Pelajar yang menyaksikan itu terdiam sesaat. Tetapi setelah menyadari pertarungan sudah selesai dan Sir Igor jatuh ke tanah. Teriakan kemenangan terdengar dari mulut kami semua.

“wah wah aku tidak tahu bahwa kalian dapat menjatuhkanku, ini tdak pernah terjadi semenjak 12 tahun lalu GYAHAHAHA!”

Sir Igor yang berdiri sambil membersihkan pakaiannya itu mulai tertawa dan mengumpulkan kami untuk berbaris sekali lagi.

“baiklah, sepertinya kalian bukanlah CACING-CACING yang menyedihkan… baiklah hasil dari perteuranmu”

Sir Igor mulai melihat stopwatch yang ada di sakunya.

“baiklah, dan hasil waktunya adalah…”

Semua Pelajar kelas J terdiam dan menahan rasa harapan yang begitu besar. Kesabaran mereka utnuk melihat hasil seperti gunung merapi yang menahan letusannya. Sedangkan aku hanya diam dan melihat tanpa ekspresi.

“waktunya adalah 20 menit 4 detik. Yang berarti kalian kalah. GYAHAHAHAHA!”

Mendengar itu, semua pelajar yang capek dengan pertarunga itu mulai jatuh satu persatu karena terkulai lemas dan rasa kekecewaan yang begitu besar. dan juga yang berarti tugas yang menumpuk akan datang. aku yang mendengar hal itu memang merasa kecewa, perkiraan waktuku berubah ketika Sir Igor tidak langsung jatuh ketika di kunci dengan teknik gulat itu. Tapi apapun itu, kekalahan harus diterima.

“BAIKLAH CACING-CACING PELAJARAN HARI INI SUDAH SELESAI, KEMBALI KE ASRAMA KALIAN MASING-MASING DAN 1 JAM LAGI KITA AKAN BERKUMPUL LAGI DI LAPANGAN INI. APAKAH KALIAN PAHAM!?”

“PAHAM SIR”

Mendengar pemberitahuan itu, kami semua mulai berhamburan pergi dari barisan dan kembali ke asrama. Tapi tepat ketika kau ingin pergi, aku dipanggil oleh Sir Igor untuk menghadapnya.

“Hei, siapa namamu?”

“Jusuf Pak!”

“Jusuf, aku ingin kau menjelaskan rencanamu tadi kepadaku”

Mendengar hal itu aku mulai menceritakan rencana ku kepada Sir Igor.

“aku tidak melakukan hal spesial atau khusus. aku hanya membuatmu marah dan kehilangan konsentrasi”

“begitu ya? Terus bagaimana dengan batu yang kau lemparkan tepat ke arahku?”

“batu? Aku tidak mengetahui maksudmu Sir Igor”

“kau tidak tahu ya? Baiklah, dan KEMBALI KE ASRAMA!”

“BAIK SIR!”

Mendengar perintah itu, aku kembali menuju ke asrama, namun di pintu masuk asrama, laki-laki berambut jigrak dan lelaki gendut dan kekar, serta perempuan berambut hitam mengahadangku. Tanpa basa-basi, laki-laki berambut Jigrak itu memukul hingga aku terlempar kebelakang.

“hei hei, kupikir kau kuat, kenapa kau tidak menahan seranganku?” lelaki jigrak itu bertanya kepadaku yang sedang terduduk di tanah

“tidak mungkin aku bisa menghadang pukulan dahsyat itu. Terlebih lagi aku lemah dalam bertarung”

“benarkah? Hahahaha”

“hahahaha”

Kami berdua tertawa seperti orang aneh.

“haaa… baiklah. Perkenalkan namaku adalah Bara” Lelaki Jigrak itu memperkenalkan dirinya.

“Namaku adalah Tara” dilanjutkan murid gendut dan besar itu. “dan namaku adalah Vina, salam kenal!” perempuan berambut hitam semampai itu memperkenalkannya dirinya juga.

“baiklah. Namaku Jusuf salam kenal juga.” Aku berdiri dan memperkenalkan diriku.

“hei bukankah ini aneh, kalian memukulku dan mengajakku berteman setelahnya. Untuk apa sebenarnya pukulan itu?”

Aku mulai bertanya kepada mereka

“bukankah itu tidak aneh, bukannya kau membolehkan kami untuk memukulmu tadi sebelum membisikkan rencana ke kami” lelaki Jigrak bernama Bara itu menjawabnya.

“ya, dan bahkan kami berdua belum mendapat giliran untuk memukulmu hahahaha” lelaki gendut yang bernama Tara juga ikut menimpali

“hahahaha”

“hahahaha…ha…ha…”

Aku hanya bisa ikut tertawa bersama mereka, tetapi karena kata ‘belum mendapat giliran memukul’, aku secara perlahan mulai menjauh dari mereka. Tapi mereka berdua mengetahui muslihatku. Aku mulai berlari dan mereka bertiga mulai mengejarku dengan ekspresi seperti rubah yang mengejar mangsanya. Haaaa… aku lebih baik dilihat dengan tatapan iri daripada dipukuli seperti ini.  

Pahlawan Perang Dunia [Bagian 19]

Pahlawan Perang Dunia [Bagian 19]

“Hei apakah itu si anak spesial?”

“ya itu adalah si anak spesial kesayangannya Kepala Sekolah”

“Tapi aku mendengar bahwa dia menyogok Kepala Sekolah untuk masuk kesini”

“bukan bukan, dia mendekati anak Kepala Sekolah si Sarah, aku melihatnya ketika di ruang ujian tulis yang sama denganku”

“ehh!? Benarkah? Menjijikkan!”

Gosip panas selamat datang di pagi hari yang cerah bagiku, di hari pertama spesial ini, aku sudah memiliki Imej yang buruk. Kemarin setelah aku diterima dan mendapat beasiswa khusus dari kepala sekolah secara langsung, mulai beredar macam-macam mengenaiku. Dan dari semua gosip itu tidak ada yang, tidak ada yang baik. Bahkan itu berlanjut sampai ke upacara penerimaan Pelajar baru.

“haaaaa…” aku menghela nafas panjang

“hei ada apa Jusuf? Kau terlihat tidak sehat?”

Jack yang berada di sampingku bertanya kepadaku. Aku heran kenapa dia bertanya itu, aku yang sedari tadi jalan berdampingan dengannya malah tidak mengetahui tatapan benci dan iri orang lain kepadaku, dan bisikan-bisikan negative itu. Tapi karena itu Jack, itu bukanlah hal yang mustahil kalau dia tidak mengetahuinya.

“tidak apa-apa aku hanya sedikit lelah”

“mmm… kau harus lebih banyak istirahat seperti aku Jusuf”

“ya seperti kau Jack, tidur lebih dari 10 jam dalam sehari.”

“Yup, hebatkan?”

Jack yang bangga dengan kekurangan dari kelebihannya itu membuatku menyerah dan hanya menganggukkan kepala ku kearahnya.

Setelah kata sambutan dari Kepala Sekolah Reno Troth, selanjutnya kata sambutan dari pelajar baru pemiliki nilai tertinggi sebagai wakil dari kami. Laki-laki berambut Scarlet seperti rambut yang tidak asing bagiku, kulit putih dan mata berwarna hijau terang. Serta tinggi lebih dari 185 cm. Yup, dia adalah laki-laki yang sempurna dan memiliki aura yang misterius.

“tidak salah lagi, memang dia” Jack mengucapkan itu tanpa sadar

“hmm? Apakah kau kenal dia?” aku bertanya karena penasaran

“ohh… aku mengenalnya, kami selalu dalam tempat yang sama dalam ujian kemarin.”

“ohh, dan apa yang hebat darinya? Apakah hanya dari warna rambutnya itu?”

“Kehebatannya? Dia adalah peserta tercepat yang mengumpulkan ujian tulisan, pemiliki nilai ujian fisik jauh di atas rata-rata, bahkan sepertinya melampauiku. dan ketika ujian bela diri, dia mengalahkan lawannya dengan satu gerakan.”

Aku paham sekarang, ternyata ada manusia seperti itu juga di AMIR, tapi kalau sudah melampaui ujian fisik Jack, dia pasti adalah seorang monster. Aku mendengar dia memberikan kata sambutan. Tapi ketika dia akhir katanya, dia menunjukku.

“dan saya yang bernama Rian. akan menumpaskan segala ketidak adilan yang terjadi disini, seperti kecurangan beasiswa yang membuat semua Pelajar geram akan hal itu” Mata Hijau itu dengan tajam melihatku, dan diikutin oleh seluruh peserta yang ada disana.

Wah... wah… aku sudah menjadikan seluruh pelajar adalah musuhku. Aku bertanya-tanya apakah ada hal lebih buruk daripada ini akan terjadi?

Setelah penutup luarbiasa dari laki-laki berambut scarlet itu, yang menaiki panggung selanjutnya adalah ketua Dewan Pelajar di AMIR, paras wanita cantik yang memakai baju dan rok Putih, serta lencana emas pelajar di sisi kanan dadanya. Tapi yang menarik perhatianku adalah rambut panjang semampai berwarna Scarlet Ungu. Aku menduga seperti melihat wajahnya, tapi aku berpikir itu hanya perasaanku saja karena jarak yang jauh membuat aku tidak bisa melihat dengan jelas.

Perempuan itu berdiri di podium dan mulai berbicara.

“Namaku adalah Tya. aku adalah Kepala Dewan Pelajar di AMIR…”

Ohh sekarang aku tau kenapa dia tidak begitu asing bagiku, ternyata perempuan itu adalah Tya yang aku dan Jack selamatkan ketika diperjalanan ke kota. Tapi karena kesan buruk yang kuberikan padanya selama diperjalanan, hari-hariku akan kacau balau karena Kepala Dewan Pelaar memiliki izin khusus untuk mengatur semua pelajar. Yup, aku menarik kembali kata-kataku, ternyata hal yang lebih buruk masih bisa terjadi.

Setelah Tya menyampaikan kata sambutannya dengan gagah. Aku tidak pernah melihat sikap Tya yang seperti itu sebelumnya, mungkin dia memang memiliki sisi yang lain. Setelah upacara pelajar baru selesai, seluruh pelajar mulai keluar dari aula dan menuju kelasnya masing-masing. Tapi ketika aku bangki Jack menepuk pundakku. Dengan mata yang begitu serius, aku belum pernah melihat wajah serius Jack yang seperti ini jik bertanya.

“Hei Jusuf, sepertinya perempuan bernama Tya itu mirip dengan Tya yang kita selamatkan kemarin, apakah itu kembarannya ya?”

Baiklah, aku menaik kembali kata-kataku, aku memukul kepala Jack hingga membuat suara *Tuk.

“Awww… apa yang kau lakukan Jusufff?” Jack bertanya sambil memegang kepalanya dengan kesakitan

“tidak ada aku hanya sedikit merasa kesal. Ayo kita ke kelas”

“hei hei tunggu!? Kenapa kau melakukan itu!? Dan kenapa kau tidak menjawab pertanyaanku!?”

Aku yang malas melihat kearah Jack hanya jalan terus tanpa menghiraukan nya yang sedang merengek-rengek dibelakangku.

Ketika sampai di kelas 1 J. aku yang sepertinya masuk paling akhir mendapat perhatian seluruh pelajar yang sudah duduk di bangkunya masing, mata iri yang tajam hingga menusukku seperti pagi tadi , apalagi diasah dengan pernyataan lelaki bernama Rian itu. Tekanan atmosfir terasa berbeda, tapi aku tetap berjalan ke bangku kosong ujung kanan atas.

Kelas di dalam AMIR terbagi dari A-J. dan pembagian itu berdasarkan nilai ujian masuk. Dan J adalah bagi pelajar pemiliki nilai terdendah. Aku sudah pasti masuk disini setelah tidak melaksanakan ujian beladiri. Dan Kelas A merupakan kelas paling elit yang terdiri dari pelajar dengan nilai-nilai sempurna. Jack berada di kelas A dan Yuna berada di kelas A juga.

Aku yang bahkan sudah duduk diam tidak bersuara masih mendapat tatapan benci dan bisikan-bisikan dari orang-orang di kelasku. Aku hanya menghiraukannya dan melihat ke arah jendela luar. Setelah beberapa menit, seorang laki-laki dengan berperawakan seram, kekar, serta besar dan sebuah luka bakar di kanan wajahnya berdiri di depan kami semua.

“KALIAN CACING CACING KELAS J! AKU SEKARANG AKAN MENJADI WALI KELAS KALIAN TAHUN INI JADI TURUTI APA YANG AKAN KUKATAKAN DARI SEKARANG JIKA KALIAN MASIH INGIN HIDUP!”

Seluruh pelajar yang belum siap dengan teriakan keras itu terkejut dan keringat dingin, mereka tidak berkutik melihat pemandangan yang tidak terduga itu.

“Ehem… mungkin suara ku terlalu keras”

‘ya tentu saja, kau bahkan membuat kupingku sakit pak tua.’ Ucap dalam benakku

“namaku adalah Igor Gal, kalian dapat memanggilku Sir Igor. Apakah kalian paham?”

Semua pelajar tidak menjawab sedikitpun.

“APAKAH KALIAN PAHAM CACING-CACING SIALAN!?”

“PAHAM SIR!”

Semua pelajar sontak berdiri dan hormat sembari memberi jawaban kepada Sir Igor

“bagus, sekarang pertama sekali kalian semua akan melawanku secara bersama-sama”

Ouh… pernyataan tidak  terduga terlontar dari mulut Sir Igor, dan beberapa pelajar bingung dan takut dan bingung setelah pernyataan. Sepertinya tidak ada yang berani melawan Sir Igor, lihat saja tubuhnya yang begitu besar dan kekar. Tapi Sir Igor menambahkan kalimatnya

“hmm… jika kalian dapat mengalahkanku, aku akan memberikan kalian nilai sempurna dan kalian tidak perlu bertemu denganku lagi selama setahun”

Sontak setelah mendengar itu, semua pelajar mulai berdiri dan berteriak semangat. Wajah takut berubah menjadi wajah dengan kepercayaan diri yang sangat luarbiasa. Dan setelah itu, Sir Igor VS seluruh kelas dimulai.
  

Senin, 14 Agustus 2017

Pahlawan Perang Dunia [Bagian 18]

Pahlawan Perang Dunia [Bagian 18]
Author: Ihsan Iskandar

Setelah aku melaporkan kejadian kemarin dan diinterogasi di kantor tentara dalam negeri atau TDN. Alhasil, aku terlambat ujian. Yang melaporkan keadaanku ke TDN sudah pasti adalah perempuan berambut pink itu. Disatu sisi aku berterima kasih kepadanya karena sudah melapor ke TDN dan ingin menyelamatkanku. tapi disisi lain, jika TDN tidak datang. aku masih sempat mengikuti ujian.

Hari ini semua perserta berdiri di lapangan AMIR untuk pemberitahuan kelulusan. Satu persatu dari 4.000 lebih yang mendaftarkan dirinya, hanya 1.000 pelajar yang akan diterima di AMIR. Aku dan Jack berdiri bersampingan tetapi dia masih marah kepadaku karena tidak mengikuti ujian, sama halnya dengan Yuna. Rasa bersalah yang berlapis-lapis ini menambah beban di pundakku. Aku sudah pasti tidak mendapat beasiswa itu, tapi mungkin masih mendapat kesempatan untuk diterima. Adapun persentase jumlah semua penilaian adalah Ujian Tulis 30%, Ujian Fisik 30%, dan Ujian satu lawan satu (Beladiri) 40%.

Setelah satu persatu nama mulai dipanggil oleh panitia, beberapa menit kemudian nama Jack dan Yuna sudah dipanggil dan pergi ketempat yang sudah ditentukan. Secara perlahan barisan mulai terasa lenggang, peserta yang namanya dipanggil sempat tertawa bahagia dan berpelukan dengan temannya, tetapi bagi peserta yang namanya belum di panggil makin merasa ceman ketika panggilan mendekati angka seribu.
Setelah angka seribu diucapkan, para peserta yang tidak dipanggil tertunduk lemas, bahkan ada yang histeris menangis, sedangkan aku yang tidak dipanggil mulai jalan keluar barisan.

“haaa… sepertinya kau gagal maafkan aku pak tua Korna. Aku tidak bisa menepati sesuai janjiku. Baiklah sekarang aku akan menunggu di hotel untuk memberi selamat ke Jack lalu pergi ke tempat lain”

Ketika seluruh peserta barisan mulai bubar, seseorang menaiki panggung podium. Itu adalah kepala Sekolah AMRI, Reno Troth.

“kepada peserta bernomor 12, dengan nama Jusuf. Diharap mendatangi kantor kepala sekolah sekarang juga.”

“haa?”

Mendengar pemberitahuan itu, aku langsung bergegas menuju kantor kepala sekolah. Tetapi karena aku tidak mengetahui tempatnya, aku harus bertanya-tanya dahulu dan memakan waktu sedikit lama untuk sampai kesana.

Ketika sampai ke Gedung Guru yang berada di tengah-tengah AMIR, di depan pintu yang diatasnya bertuliskan “Kantor Kepala sekolah” membuatku sedikit cemas dan canggung. Aku mengetuk pintu itu, dan jawaban suara dari dalam berkata “silahkan masuk”. Kedua perasaan yang tadi itu semakin berkecamuk. Tapi karena ini adalah perintah, aku membuka pintu yang terbuat dari kayu berwarna coklat tersebut.

Didalam sana aku melihat sosok kepala sekolah Reno Troth dari dekat, dengan rambut hitam namun ada sedikit rambut putih di sisi kanan dan kirinya. Pakaian jas hitam layaknya seorang guru namun pin emas logo AMIR disisi kanannya menandakan bahwa dia adalah pemilik AMIR ini.

“ohh… Jusuf, silahkan duduk”

“Ya terima kasih tuan”

Aku duduk di sofa hitam yang terletak di tengah kantor itu sesuai dengan perintah.

“kau ingin minum apa suf? Jus atau kopi?”

“kau tidak perlu membuatnya untuk seseorang sepertiku tuan Reno”

“tidak perlu sungkan, dan panggil saja aku ‘pak’ bukan tuan”

“kalau begitu, aku akan memilih kopi”

Ketika Pak Reno sedang menyeduh kopi, aku melihat sekeliling kantor tersebut. terdapat banyak buku dan lukisan. Namun ada satu lukisan yang menarik perhatianku, yaitu yang berada tepat di atas pintu yang kulewati tadi. Itu adalah lukisan Pak Tua Korna dengan Pak Reno ketika mash muda.

“tenyata mereka berdua saling mengenal” ujarku dalam benak

Setelah kopi itu jadi, Pak Reno memberikannya kepadaku. Aku menerimanya sembari mengucapkan terim kasih, setelah itu beliau duduk tepat dihadapanku.

“Jusuf, apakah kau tau kenapa kau dipanggil kesini?”

“ini pasti mengenai kejadian kemarin kan, yaitu anakmu yang diculik”

“oh wow. Aku terkejut kau mengetahuinya. Itu benar, aku harus berterima kasih denganmu karena sudah menyelamatkan anakku, Sarah. Tapi bagaimana kau mengetahuinya?”

“Aku memang tidak mengetahui bahwa perempuan berambut pink itu adalah anak anda, bahkan kau tidak tahu namanya, aku hanya memiliki intuisi dia pasti anak bangsawan atau semacamnya. Tapi, yang paling membuatku sadar bahwa dia adalah anakmu adalah ketika anda memanggilku kesini. Rentetan kejadian yang tidak kebetulan ini pasti memiliki makna lain. Dan asumsiku ternyata benar.”

“jadi kau mengatakan hal tersebut dengan bukti yang sedikit itu? Kau berani juga nak, itu adalah tebakan yang berbahaya.”

“aku percaya dengan tebakanku”

“wah wah wah… kau sangat menarik Jusuf, hahaha”

Dalam obrolan kami, Pak Reno tertawa, aku bersyukur tebakan yang 50:50 itu berakhir benar. Jka tidak, maka aku akan sangat tidak sopan.

“tapi pak Reno, tidak seharusnya anda berterima kasih denganku, sebenarnya kau lah yang menyebabkan masalah kepada anakmu, yaitu…”

Aku menjelaskan semua kronologi dari pemuda gendut yang melecehkan Yuna memberi dendam kepadaku, dan karena diriku, Sarah mendapat masalah.
“Maka seharusnya aku yang meminta maaf disini”

“hmm… jika itu memang benar, berarti ini adalah hal gawat. Tapi, ada satu alasan lagi kenapa aku memanggilmu kemari”

“Benarkah? Apa itu?”

Pak Reno mengambil sebuah kertas di mejanya, dan ketika kuperhatikan, itu adalah lembar jawabanku.

“kau masih ingat Jusuf soal terakhir dalam ujian tulis bagaimana?”

“pertanyaan mengenai “Perdamaian” itu kan?”

“ya benar. Semua peserta menjawab pertanyaan sesuai dengan buku semua, seperti ‘Perdamaian dapat diraih jika memiliki kekuatan’ atau ‘Perdamaian dapat dicapai dengan kerjasama’. Hanya 2 hal itu saja. “

Pak Reno menjelaskan hal tersebut dengan serius, namun tiba-tiba pandangannya berubah kearahku.

“tapi kau berbeda Jusuf, kau memang menjawab menggunakan 2 teori itu. Tetapi akhir kalimat jawabanmu membuatku sangat tertarik”

Pak Reno mulai mendekatiku dan bertanya kepadaku.

“Kenapa kau menjawab ‘Perdamaian bukan hanya sekedar Kekuatan dan kerjasama, bukan juga persoalan menggunakan Logika untuk menyelesaikan masalah. Karena perdamaian hanya diartikan sebagai kata aman’ jadi perdamaian seperti apa yang kau maksud Jusuf?”

Pak Reno bertanya sambil melihat ke arah mataku dengan serius.

“aku memiliki pendapat bahwa ‘Perdamaian adalah ketika masyarakat dan Negara memiliki kepentingan yang sama dan memiliki aturan dan landasan yang jelas dan mengikat. Yang pada akhirnya tujuan yang dituju bukanlah kekuatan. tetapi adalah kemaslahatan bersama atau mensejahterakan khalayak luas ’ karena semua teori yan saya pelajari hanya berbicara seputar ‘kepentingan’ dan ‘kekuatan’, ketika Negara dan individu mencari kepentingan dan kekuatan, maka hasil akhir tetap berada pada ‘Egoisme’ dan pemikiran yang memberatkan satu pihak tersebut.”

“Jadi maksudmu manusia hanya mengejar perdamaian dengan menggunakan kekuatan yang pada akhirnya merugikan orang lain. Begitu?”

Wajah Pak Reno yang berpikir keras mulai melihatku dengan wajah penuh pertanyaan.

“Saya memiliki pendapat, bahwa kenapa manusia berbeda dengan hewan karena Hati Nuraninya dan cara berpikirnya. Karena kita tidak begitu memperdulikan hasil akhir, hanya berujung pada keuntungan dan keuntungan. Bukan berlandaskan hal lain. Lantas, apa yang membedakan antara manusia dengan hewan karena mereka berdua mencari keuntungan sendiri untuk bertahan hidup?”

Setelah pertanyaan itu Pak Reno duduk di hadapanku dan mulai memikirkan pernyataanku. Aku membiarkannya berpikir dan meminum kopi lagi. Setelah beberapa menit Pak Reno terdiam akhirnya dia melihatku.

“Baiklah Jusuf sepertinya kita akan memiliki diskusi lagi setelah ini. Terima kasih sudah menemaniku mengobrol, sudah lama aku tidak berpikir keras seperi ini.”

Pak Reno dan aku bersalaman dan beliau memanggil sekretarisnya untuk masuk ke kantor.

“Jusuf ini adalah Katherine, dia akan membimbingmu”

“Tuan Jusuf, tolong ikuti aku”

Aku menunduk sopan kearah Kepala sekolah Reno dan mengikuti Nyonya Katherine keluar ruangan. Setelah lama berjalan, aku sampai ke ruang kelas yang kosong dan di persilahkan duduk disana dan menunggu sebentar. Setelah itu, beberapa Peserta mulai masuk ke ruangan tersebut. mereka terkejut melihatku ada didalam sini, namun aku menghiraukan mereka. Setelah 8 peserta masuk, 2 peserta terakhir yang masuk adalah Jack dan Yuna. Jack yang melihatku seakan-akan melihat hantu langsung berlari menghampiriku.

“Yo Jack”

“Yo Jusuf, ehhhh… ini bukan waktunya untuk santai mengatakan YO! Kenapa kau berada disini!?”

“aku tidak tahu, aku hanya dibawa kesini dan…”

Aku menceritakan Jack semua kisahku kenapa sampai kesini.

“owhh… begitu”

“kau memang luar biasa Jusuf”

Yuna yang mengupin pembicaraan kami dan duduk disampingku mulai mengucapkan selamat kepadaku, padahal aku belum tahu ini kelas ini untuk apa.

“Hei Jack, Kita dikumpulkan disini untuk apa?” aku bertanya ke Jack

“apa kau tidak tahu? Ini adalah kelas untuk-“

“baiklah para peserta selamat atas kelulusannya”

Jack yang belum selesai ngomong dipotong oleh Nyonya Katherine yang sedang berbicara di depan kelas. Aku tidak terkejut dengan kata ‘kelulusan’ Karena perkataan Pak Reno ‘akan berdiskusi lagi’ denganku.

“kepada para semua peserta disini, kalian adalah penerima beasiswa di AMIR selama 4 tahun disini. Terutama kepada Jusuf yang mendapat beasiswa khusus dari Kepala Sekolah”

Owhh… bodohnya aku, kenapa aku tidak pernah menduga bahwa aku juga menerima beasiswa. Dan Jack berhenti melihatku dengan tatapan ‘bagaimana bisa Jusuf mendapat beasiswa’ sama seperi peserta lainnya melihat ke arahku dengan penuh tanda Tanya. Dan Yuna, berhenti melihatku seperti kau sedang melihat seorang ‘pahlawan’. Dan Begitulah akhirnya aku dapat diterima di AMIR, tetapi permasalahan baru dan politis baru saja akan membanjiri kehidupanku di AMRI.    


Pehlawan Perang Dunia [Bagian 17]



Pahlawan Perang Dunia [Bagian 17]
Author: Ihsan Iskandar

Akhirnya hari terakhir tiba. Aku dan Jack bersiap bersiap-siap pergi ke tempat ujian hari ini, yaitu pertarungan satu lawan satu. Ujian ini bertujuan untuk menilai cara bertarung masing-masing peserta, untuk menjadi militer, sudah seharusnya menguasai beladiri, dan dari yang kulihat dari ujian fisik kemarin, peserta-peserta kali ini mayoritas memiliki kekuatan diatas rata-rata.

Ketika aku ingin keluar dari kamar, aku melihat sebuah surat putih di bawah pintu kami. Aku mengambil dan membukanya. Setelah membacanya, aku memberitahu Jack bahwa dia harus menuju AMIR dan melaksanakan ujian duluan, dan melihat apakah ada Yuna disana.

Aku bergegas pergi ke lokasi yang ada di amplop itu, amplop yang berisi ancaman bahwa ‘aku akan membunuh perempuanmu jika kau mengikuti ujian. datanglah kesini jika tidak mau terjadi sesuatu’  membuatku merinding dan mulai berpikir siapa “perempuan” yang dimaksud itu. Aku telah mengatakan kepada Jack “jika Yuna tidak berada disana, cepatlah pergi ke alun-alun dan cari aku.”.

Setelah menunggu di alun-alun dan taka da tanda dari Jack, berarti Yuna aman. Aku tidak segera ketempat yang dituju karena bisa saja itu adalah kerja usil seseorang. Tapi setelah dipikir-pikir, masih adalah satu ‘perempuan’ yang pernah melakukan kontak denganku. Itu adalah perempuan beambut pink yang berada di ujian tulisan kemarin.

Aku langsung bergegas menuju lokasi di amplop itu. Setelah mengikuti petunjuk dan waktu ujian dimulai 1 jam lagi. Aku langsung masuk ke rumah tua yang merupakan lokasi tersebut. Ketika aku masuk, kerumah tua itu, langkah denyit kayu setiap kali aku melangkah, setelah masuk lebih dalam, aku melihat perempuan beramput pink yang kulihat kemarin sedang duduk terikat dilantai. Aku langsung melepaskan ikatannya.

 “mmm... mmmm…”

“tenanglah aku akan melepaskanmu”

Aku membuka semua ikatannya dan setelah membuka ikatan mulutnya dia langsung mengatakan sesuatu.

“ini adalah Jebakan kau harus segera pergi sekarang”

“HEI HEI HEI… Jangan terlalu terburu-buru”

Tepat setelah perempuan itu memperingatkanku, pemuda yang sudah sangat tidak asing datang dari pintu masuk rumah tersebut sambil membawa 20 preman bersamanya.

Melihat keadaan semakin memburuk, aku membisikkan Sesuatu kepada perempuan berambut pink itu

“Dengarlah, setelah ku kasih tanda, kau harus lari lewat pintu belakang yang berada di barat daya kita”

“ta… tapi bagaimana denganmu?”

“Jangan cemas aku akan menyusulmu, larilah ke AMRI dan ikuti ujian terakhirnya.”

Perempuan berambut pink itu merasa sangat ragu akan rencana itu. Bagaimana bisa seorang pemuda dapat melawan 21 orang sekaligus? Tapi kau tetap meyakinkannya tanpa ada kata ‘tapi’. Setelah perempuan itu mengangguk setuju. Aku bersiap melaksanakan rencanaku.

“Baiklah, kalau tidak salah namamu adalah Jusuf kan? Kau tidak akan bisa mengalahkanku, jika aku dipenjara aku akan keluar lagi. Tapi dengan keadaan seperti ini, aku tidak yakin keberuntunganmu akan terjadi lagi haha- HEI TUNGGU!?”

Ketika pemuda tersebut tertawa dan aku melihat peluang, aku memberikan kode kepada perempuan itu untuk lari. Melihat hal itu, para preman mulai mengejar kami, tapi agar perempuan itu dapat lari aku berhenti di depan pintu belakang itu untuk menghalangi mereka.

“Hei hei… kau juga harus lar-“ 

“Jangan Pernah lihat kebelakang! Larilah! Aku tidak apa-apa”

Mendengar hal itu, Perempuan tersebut lari tanpa melihat kebelakang setelah mengucapkan “Kau harus selamat”.

“wah wah wah, kau berakting seperti jagoan ya, aku melihat bagaimana tes ujian fisikmu kemarin, dan kau hanya bahkan tidak berani memperlihatkan nilaimu kepada temanmu gyahahaha”

“hmm… apakah kau ingin mengobrol denganku atau apa?”

“ughh… dasar SOMBONG Bunuh dia Teman-teman!”

Karena marah atas responku, 20 preman secara sekaligus menyerangku sambil membawa senjatanya masing-masing.
Berpindah kepada Jack yang sedang berada di AMRI dan bersama Yuna. Yuna menanyakan keberadaan Jusuf, tapi Jack hanya berkata dia memiliki sedikit urusan.

“ oh iya Jack, aku masih penasaran dengan nilai ujian fisik Jusuf apakah kau mengetahuinya?”
“ Nilainya ya? Hmm… di mendapat nilai rata-rata, yaitu semuanya mendapat nilai maksimal tepat di semua bidang. tidak kurang dan tidak lebih”

“Oh wow, Jusuf hebat juga ya? Tapi dia masih belum bisa mengalahkan nilaimu kan”

“hahaha… Yuna aku berharap itu benar, tapi semenjak kecil aku sekalipun tidak pernah menang melawannya dalam ketahanan tubuh jika dia serius. Kalau kau berkata ketahanan tubuhku luarbiasa, kau dapat mengatakan ketahanan tubuh Jusuf adalah monster”

“hahaha kau memang suka bercanda Jack, hal itu tidak mungkin kan?”

“hahaha”

Jack hanya bisa tertawa karena tidak pernah ada satupun yang memang percaya dengannya jika menyangkut hal ini.
“ap-apaa? Ini mustahil setelah 50 menit berkelahi, 20 preman yang sudah mahal kubayar dapat kalah dengan seorang pemuda!? Siapa sebenarnya KAU!?”

Pemuda Gendut yang cabul itu terduduk tidak percaya apa yang dilihatnya, puluhan preman dapat terlihat terbaring dilantai, bahkan beberapa preman pingsan dalam keadaan kepala menempel di tembok kayu.

“ahhh… sebenarnya aku tidak mau melakukan ini, tapi kau terus memaksaku. Dan kau telah menyita waktu berhargaku, kau harus menggantinya”

“hiii…. Jangan dekati aku!”

 Jusuf yang mendekati pemuda gendut itu dengan hawa pembunuh yang begitu terasa telah membuat pemuda gendut itu takut dan hanya bisa memohon dan merangkak menjauh dari Jusuf.
Setelah tidak ada lagi jarak di antara mereka, Jusuf mengambil ancang-ancang lebar untuk memukul Pemuda gendut itu, tapi tepat sebelum pukulan itu dilontarkan, sebuah suara menghentikannya.
“Hentikan! Kami adalah tentara dalam Negeri Roxalia, kalian semua kami tangkap atas nama keadi- ehh??”

Dari pintu masuk, 1 batalion tentara masuk ke rumah tua tersebut dan melihat banyak tubuh berbaring di lantai, dan hanya ada Jusuf dan Pemuda gendut yang sadarkan diri.

“seharusnya dalam laporan ada 20 preman yang mengkroyok 1 orang pemuda, tapi kenapa para preman semuanya dalam keadaan pingsan?”

Tentara itu bingung diikuti tentara-tentara lain dibelakangnya.

“Yasudahlah, siapa diantara kalian berdua yang bernama Jusuf?”

“itu adalah aku”

Jusuf yang sudah berdiri sambil membersihkan debu di bajunya mengangkat tangan karena namanya dipanggil oleh tentara tersebut.

“Baiklah, kau kesini dan tunjukkan kartu tanda pengenalmu, dan tangkap bocah gendut dan preman-preman teri itu. Cepat Laksanakan!”

“Baik Laksanakan!”

Jusuf pergi menghampiri mereka sedangkan Pemuda Gendut berserta preman-preman lainnya ditangkap. Jusuf yang memberikan Kartu tanda pengenalnya dan dipersilahkan duduk dalam mobil tentara dan pergi ke penjara untuk diinterogasi atau semacamnya. Jusuf hanya duduk dengan santainya di dalam truk tersebut.

“Haaa… ini adalah hari yang melelahkan”

Jusuf menarik nafas panjang dan melihat langit-langit tenda mobil tentara tersebut.