Oleh: Putri Syahfitri
Sontak tubuhku merebah, otomatis kerutan kening terlukis
Raga yang merasakan sakit akibat hempasan
Tak sebanding dengan batin yang terjerat kian terkikis
Sekejap saja ku rasa dekapan yang entah itu hanya manipulasi
Seakan derai air mata ingin mewakili suara hati
Namun terbendung oleh kebingungan mencerna kondisi
Adalah aku, terseret padanya, nurani yang tlah mati
Teriakan keras, mata membelalak, dan tangan yang melayang menghampiri tubuhku, siksanya
Tidak akan berhenti sampai disitu, takkan pernah selesai !!
Aku merintih ku memelas "tolong" seolah angin bertiup di telinganya
Sudahlah !! semua seperti enggan ! Amarah dendam segera mengelabui hati bersahut "tenang, ini akan usai!!
Jinaknya berevolusi buas
Mata memerah mengilas balik tragedi sengit, Aku memanas!!
Memelas berganti keras kini berbalik peran, Aku mengganas!!
Aku dikuasai oleh api dendam sesiapapun takut menghalang, Aku puas!!
Tlah terbalaskan kau bersimbah darah terkujur beku
Aku saksikan jelas rintihan "hentikan,hentikan!" Memohon percis saat aku diposisi itu
Tawa jahat menyempurnakan aksi pembalasanku "wuahahaah"
Ternyata kau masih daya menyerang menyisipkan batu
Api dendam merembet, "jangan paksa aku ntuk menghabisi kau!! "
Menyeret meninggalkan jejak merah engkau meraung kelalap
Jangan salahkan! Karna ini sebab dan akibat yang ditempa oleh kau!!
Biarkan aku melampiaskan batin yang hampir mati terendap
Mengambil tambang melingkari tubuhmu pada beringin gersang
Hey!! Kini aku melihat aku yang diperankan oleh kau
Ooohh tidak dendam terpatri begitu berbekas kembali ku Serang
Matamu mulai berbinar mengemis iba. Aku mengimbau
"Siksaku ini tak sebanding dengan perlakuanmu bertahun-tahun mengendapkan tangis, menghanguskan bahagia, membenamkan canda, menggulung senyum, meraup luka, kemudian kau sendirilah yang mengajarkanku, menempaku, mengolahku, untuk tau apa itu dendam untuk tau bagaimana aku mengekspresikan dendam, untuk tau bahwa dendam itu jiwamu yang kau salurkan padaku. Kau dapatkan dari setan yang entah dari mana dan seakan kau hadiahkan padaku untuk aku merasakan luka untuk aku merasakan hidup yang aku rasa lebih pantas mati. Mengapa? Mengapa? Mengapa kau berjuang melahirkan ku untuk sebuah pelampiasan yang tak ku pahami mengapa!! Mengapa? Mengapa? Mengapa kau masih berjuang membiarkan aku ada disampingmu meski sayatan yang tiap hari ku terima. Mengapa? Mengapa? Mengapa kau memilih aku menutup dunia sedang dunia begitu menakjubkan kedengarannya! Mengapa? Mengapa? Kau masih biarkan aku hidup makan bersama mu meski tiada lagi kebahagiaan yang kau enyam Mengapa? Mengapa? Kau masih saja berusaha untuk tetap disampingku meski kau tak pernah mendengar pinta cerita dan rintihan pahitnya rasa ini. Mengapa? Mengapa? Kau masih disini meski kau setiap tatap wajahku kau lemparkan aku dengan wajah kesetanan? Mengapa?? Mengapaa?? Kau lakukan semua ini?? Bukankah kau seharusnya malaikat dunia bagiku? Mengapa? Kau seperti setan yang sebenarnya hanya butuh aku untuk dihasut? Bukankah kau seharusnya malaikat tak bersayapku? Mengapa?? Mengapa???? Mengapa kau tetap disini meski ku tau tatapan bengis itu menyalurkan bahwa kau sangat membenciku!! Mengapa? Mengapa?
Tambang yang ingin dilingkarkan terlepaskan, daya habis aku melemah dan pingsan
Wanita berbikini mengisak tangis akan teriakanku
Isakan tangisnya semakin keras air matanya bercampur darah sebab bantaian
menggoyangkan tubuhku dan meratapiku
Memelukku erat dan entah apakah kali ini juga manipulasi??
Terbangun aku dalam dekapan yang aku anggap ini hangat karna itu yang ku dambakan
"Maaf,maaf,maaf,maaf" bisiknya seakan menyesali kejadian
Aku berlari dan bungkam takut mengartikan emosi.
Tangannya menggapai namun tak sampai
Ia sempat menyampaikan lembut dengan suara lantang bermaksud sampai ditelingaku
Sayup sayup ku dengar " itu semua sebab aku tak ingin kehilanganmu !! "