Sunny. Kata yang bersebrangan pada logika diri yang basah melembabkan
Sunny. Terlalu terang untuk mendapatkan sebuah keteduhan
Sunny. Menyelusup cahyanya di pori-pori keseharian
Namun Sunny. Sunny. Sunny. Sebutan yang ku sematkan pada nama yang nyatanya tlah bertuan.
Adalah sunny kata yang hingga kini ingin ku iringi pada hujan.
-SunnyRain-
Ahhk! Ada saja diri menyandingkan sampai-sampai ingin menyatukan yang amat berbeda.
Asa yang tlah ku torehkan pada beberapa carik kertas yang sengaja aku pisahkan dari buku beraksenkan toska muda itu, mulai ku resapi mana yang harus di kemas kembali dalam mimpi tidur sahaja dan mana yang akan ku selipi dalam gorong-gorong mimpi saatku terbangun.
Saat itu aku mengenal teori kelabu. Ketika hitam bercampur putih yang berakhir menghasilkan warna abu-abu. Itu mengandung makna kepudaran bukan? Saat yang amat berbeda dipaksa untuk bersatu. Sedikit aku mulai meresapi, memilah makna untuk sebuah penyatuan yang dalam ombang ambing sejak aku menyimpan harapan besar bahwa -SunnyRain- benar-benar dapat disatukan namun tak sekelabu teori hitam dan putih yang kemudian menyatu menghadirkan pudar bukan pula sebuah kejelasan yang tegas.
Ahhk! Aku mulai memejamkan mataku harap terhanyut mendayu-dayu kemudian kembali pada asa yang sengaja ku hadir kan dalam mimpi tidur malam ini. Alasannya biasa, sebab kalaupun ia tak bakal nyata di dunia realita paling tidak ia begitu nyata di saat hanya imaji ku yang bermain.
Esoknya di pagi hari, deraian hujan dengan bau khasnya berhasil membangunkan diri yang terlelap memeluk kertas yang nyaris remuk.
Woww.. betapa bahagianya diri di sambut padanya. Yang ku anggap teman bisu namun mahir melunturkan tangis dalam setiap bulir yang jatuh membasahi apa yang ia sapa. Masih dalam genggaman secarik kertas itu. Membuka jendela melihat dengan
dengan detail bulir yang jatuh beraroma tanah bekas basahnya.
Mengulurkan tangan menyentuh lebih dekat. Waduh ini membuatku tak mampu lagi menahan diri terjun langsung menggeliat bersamanya. Tanpa pikir panjang, tanpa mengganti piyama yang sedang kukenakan,aku berlari menuju apa yang tlah ku tunggu sejak kemarau melanda kota ini. Upss aku tak sadar masih menggenggam secarik kertas itu. "Hmm aku tinggal dulu ya kini aku akan berbagi tentang mimpi yang hadir tadi malam bersama ia -sanghujan- "
Menengadahkan kepalaku perlahan terhanyut. Di balik deraian ini aku mulai bercerita banyak hal yang sudah ku ancang-ancang untuk diceritakan. Bibirku tak membuka dan mengatup karna hatiku yang berkisah. Seketika puing-puing kegundahan luntur olehnya. Senyum tawaku mengembang seakan hujan kembali menggairahkan diri yang hampir kalah. Ia terus membasahi bumi hingga kekerontangan terbebaskan akan hadirnya. Bahkan pula kekerontangan yang tlah menyelimuti jiwaku beberapa pekan ini. Ohh ku harap terjawab pula asa yang ku torehkan itu tentang -sunnyrain- 1 jam 2 jam berlalu -sanghujan- seperti paham kerinduan ini hingga ia ingin berlama mengunjungiku. Namun waktu tlah meneriakiku. Saatnya aku kembali keperaduan. Rasanya enggan kaki ku melangkah meninggalkannya yang tlah hadir. Sekali lagi aku menari di bawahnya sebagai ucap pamit yang semestinya. Dahh hujan aku bahagia kau mengunjungiku begitu lama kali ini. Lain kali kita akan temukan sebuah penegasan yang menjawab asaku ^^.
Kala ku kembali aku tetap menatapnya dari kejauhan di kediamanku. Menikmati senandung ritme rintikan yang ia tawarkan. Seakan menyanyikan ku sebuah lagu berirama mendalam. Perlahan rintikan itu menguap tak bersuara lagi. Aku paham ia pun punya takar dan waktu kapan harus datang dan kembali. Biasaku tak ingin melihat saat terakhir ia benar-benar hilang tak meninggalkan titik namun kali ini aku berlari mengejarnya yang akan kembali. Saat ku hampiri ia benar-benar tlah menguap dan hilang hanya tinggal jejaknya yang menyisakan genangan mungkin saja sebuah kenangan.
Mentari pun kembali menyinari. Kali ini aku juga coba menyusup di balik cahayanya. Sepertinya aku juga meraup kehangatannya. Memandangi langit yang kembali membirukan dirinya. Sebiru rasa ku kali ini. Seketika mataku tertuju pada warna-warni yang menghiasi birunya langit. Deg. Hatiku berhenti sedetik. Apakah ini jawabannya? -SunnyRain-
Hmm slama ini aku melupakan sebuah teori berwarna lainnya. Teori pelangi yang di sebut-sebut oleh mereka sebagai hadiah dari badai. Sebab mereka lebih suka warna yang di hasilkan dibandingkan beningnya -sanghujan- .
Huuft.. aku segera menelisik, mengulik remis-remis yang ku temukan. Seakan menyatukan puzzle berserakan.
Asaku benar.
Apabila penempatan, urutannya benar maka akan menghasilkan hal yang mungkin saja sudah jauh sebelumnya engkau rencanakan. Dan kali ini tlah terjawab pula -SunnyRain- penggabungan yang bukan pula sebuah kelabu. Sebab ia mendatangkan warna. Ingatkah engkau warna pelangi yang sering kita mainkan saat kanak-kanak dahulu? Ya. Me-ji-ku-hi-bi-ni-u. Mungkin kita akan membayangkan pelangi tersusun oleh tujuh warna tersebut. Ternyata kita salah karna pelangi tersusun oleh seluruh warna yang ada di dunia ini, lebih dari sejuta warna. Hanya saja mata kita yang terbatas ini tak mampu melihat nya dengan jeli.
Ohh.. -SunnyRain- aku hampir putus asa bahwa kesejukan hanya akan terus meningkat dingin-dingin-dingin dan beku. Dan kehangatan jua menjadi panas-panas-panas dan meledak. Mengapa? Perbedaan itu melengkapi.
Ketika aku merindukan -sanghujan- aku tau kau akan membutuhkan -mentari- tapi tak apa ketika hujan memahami dan ia hadir memenuhi rindu ia akan pulang kembali saat rindu tlah terbalas dan mentarimu akan terlihat kembali. Dan kamu juga harus ingat bahwa hujan tlah meninggalkan sebuah hadiah berupa titik-titik air sebagai jejak hadirnya dan Ketika mentari pula memantulkan sinarnya maka antara hujan dan mentari akan memberikan kita hadiah berwarna. Panorama singkat. Namun kesannya melekat. Ia lah pelangi.
-SunnyRain-
PuTreeSya~